Novel Sejarah Ngayau: Misteri Manusia Ikat Kepala Merah (Tue Fung Theu) karya R. Masri Sareb Putra
Tulisan Susianti
Literasikalbar - Buku Novel ini menceritakan kejadian-kejadian yang merupakan tradisi lisan dan sejarah suku Bangsa Dayak di Kalimantan secara Umum dan Kalimantan Barat secara khusus. Buku ini mencetritakan tentang kejadian tentang kehidupan jaman dulu suku Dayak. Kita ketahui bahwa Ngayau atau kayau adalah tradisi berburu kepala yang dilakukan suku Dayak, Kalimantan. Dalam bahasa Dayak sendiri kayau memang berarti musuh. Dengan kata lain, ngayau berarti berburu kepala musuh. Pada zaman itu di mana kehidupan masih kehidupan premitif dari berbagai suku yang bukan hanya suku Dayak, tetapi semua suku lainnya. Pada masa itu orang Dayak sering pergi berburu ke hutan untuk bekerja atau pergi ngayau. Mereka saat pergi tidak membawa alat masak, tetapi menggunakan ruas bamboo muda sebagai alat masak.
Baca Juga : Sejarah Kesultanan Melayu Sanggau
Pada novel ini terdiri beberapa bab yang dalam setiap bab menjelaskan tentang bagaimana awal berdirinya rumah betang. Sebagaimana yang diketahui rumah betang yaitu bangunan berbentuk seperti rumah panjang yang di mana di rumah betang itu sering digunakan untuk acara adat istiadat orang Dayak. Tradisi atau upacara adat dengan memanggil roh roh leluhur yang akan merasuki tubuh manusia.
Beberapa adat seperti Tariu. Tariu yaitu suatu upacara adat yang sering dilakukan oleh para leluhur dengan sebuah tarian atau sesembahan kepada dewa yang akan datang ke dunia. Tue Fung Theu atau dalam dialek hakka, yaitu berarti manusia berkepala merah dan yang di mana sosok lasau ini yang akan menyelamatkan mereka dari si kepala merah.
Sabang merah yaitu di mana lambang yang menggambarkan kode orang Dayak. Dalam novel ini setiap orang yang memakai sabang merah berarti orang Dayak dan akan di anggap teman. Panglima burung yaitu melambangkan orang suku Dayak di mana orang burung dulu dijadikan sebagai alat pemberitahuan tentang sesuatu yang akan terjadi. Pada masa itu ada yang namanya babae. Babae adalah keyakinan suku Dayak jika tetua-tetua Dayak meninggal maka akan mentransformasi menjadi burung Enggang. Transformasi tersebut dapat dipanggil dalam bentuk roh dan kesaktian melalui upacara adat jika suku Dayak mengalami musibah. Kek longa dalam babae dalam bentuk burung enggang atau rengkong.
Baca Juga : Ritual Adat Bebuang di Kalimantan Barat
Dalam Adat dan Budaya Dayak ada kepercayaan bahwa tengkorak manusia yang dikayau memiliki kesaktian orang itu semasa hidup. Semakin sakti orang yang dikayau maka akan semakin kuat Kampung (Betang) dimana tengkorak itu berada. Dalam tengkorak orang sakti yang di mana di dalam Perebutan tengkorak Macant Gaikng.
Batu janji yaitu Sumpah antara Darat (dayak) dan Laut (melayu) seharusnya sumpah yang diucapkan adalah Darat Salah Darat Mati. Laut salah Laut Mati. Kemudian sumpah itu dirubah pengucapannya oleh Bejamban Perangai Laut mencederai Bagumban Perangai Darat menjadi Darat Salah Darat Mati Laut Salah Darat Mati.
Kempunan yaitu salah satu adat Dayak bagi seseorang yang ingin makan dan minum tetapi hendak berpergian. Ia harus menyentuh makanan tersebut dengan ujung jari saja. Sampai sekarang masih banyak yang menerapkan tradisi-tradisi seperti ini, tetapi tidak semua orang yang masih menggunakan tradisi ini karena kemponan dapat mengakibatkan kejadian yang tidak diinginkan akan terjadi.
Baca Juga : Pemikiran Membangun Kalimantan Barat
Sejarah dalam bercocok tanam orang Dayak yang dimana di sini puyang gana itu berwujud roh, puti, janji yang berbadan tetapi tidak berkaki dan bertangan. Puyang gana sebagai sosok atau roh yang memberi janjinya kepada saudara-saudaranya sehingga terjadi kesepakatan. Barang siapa mematok lahan baru tanpa ijin puyang gana maka akan terjadi petaka. Masih banyak orang Dayak sekarang yang masih menggunakan adat-adat sesembahan dalam sebelum memulai atau mematok lahan baru. Hal itu agar tanah yang akan ditanam tetap tumbuh bagus.
Pada kerusuhan Sambas 1997 bagaimana Melayu dan Dayak serta Tionghoa bisa bersatu walau Bejamban Perangai Laut telah mencederai Janjinya Abang Jubair (Keturunan Bejamban Perangai Laut) yang terperangkap di Majapahit karena Jebakan dari Patih Loh Gender berusaha dibebaskan adiknya Dara Juanti. Sampai janji Dara Juanti kepada Patih Loh Gender jika Abang Jubai dibebaskan.
Ponimpokng Ompuk adalah Adat larangan menikah dengan laki-laki bukan warga kerajaan. Dara Juanti yang harus menepati janjinya kemudian diusir karena melanggar Adat Ponimpokng Ompuk. Adat dipelintir oleh Abang Jubair untuk melanggengkan kekuasaannya dan pertarungan antara Panglima Burung dan Panglima Kelam yang pada masa itu memperebutkan dalam menyelamatkan Kapuas.
Baca Juga : Tewasnya Gagak Hitam dan Teka-Teki Kematian
Novel sejarah ini merekam tentang adat istiadat daerah kalimantan khususnya orang dayak. Tradisi lama yang mungkin ada beberapa yang ditiadakan dan masih banyak tradisi adat yang masih dijalankan. Kepercayaan dalam melaksanakan adat tersebut menjadi budaya dan keunikan khas masyarakat dayak kalimantan barat. Buku ini menjadi referensi untuk mengenal detail tentang adat kebudayaan orang dayak kalimantan barat.
Judul : Ngayau, Misteri Manusia Kepala Merah (Teu Fung Theu)
Penulis : R. Masri Sareb Putra dan M.S. Gumelar
Penerbit : Entertainment Essence Center
Tahun Terbit : 2014
Halaman : 377
Tulis Pendapat Anda 0 comments
EmoticonEmoticon