Puisi Damay Ar-Rahman
literasikalbar.com – Orang-orang di Jalan Permohonan karya Damay menyajikan hal yang menarik untuk disimak mengenai kehidupan dan alam. Perpaduan kosakata alam dan diri manusia memberitahukan pada pembaca perihal hidup ini dari masalah luar dan dari dalam diri. Selamat membaca dan memaknai.
Orang-Orang di Jalan Permohonan & Puisi Damay Lainnya pic Pixabay |
Orang-Orang di Jalan Permohonan & Puisi Damay Lainnya
“Tersenyum bukan lagi untuk bahagia. Banyak ketabahan menutupi luka.”
Pembunuhan dalam Raga
Sudah selayaknya kamu pergi
Jangan kembali jika tidak diminta
Harga dirimu adalah nilai
Tak terhitung angka dalam mata sial mereka
Bawalah yang kau anggap hati nurani
Buang semua sampah itu
Turuti perkataan Tuhan agar setiap perjalanan kau diarungi
Binasakan ambisi kebencian
Tanpa memandang kehancuran
Bacalah risalah
Agar hidup tidak ditindas
Biar kekosongan pikiran terisi
Ini bukan soal kemiskinan
Tiada juga keturunan
Jiwamu....
Lebih kejam menikam
Bahkan tak punya kemanusiaan
Pergi saja...
Kau mungkin lupa bahwa waktu akan habis
***
Bercerita Lewat Alam
Hias langit itu memberi kisah
Membawa kenangan yang indah
Suatu senja
Digesekkan angin membuyarkan ilalang
Sebongkah daun yang tertutup karena layunya berhamburan tanpa perpisahan
Aliran air di bawah tebing
Menghentakkan gundah
Meski sendiri takkan mengurangi keteduhan
Sepi, sebenarnya kehidupan
Bukan maksud tidak berteman
Baca Juga: Lomba Menulis Terbaru dan Terlengkap 2024
Semakin diri bertumbuh
Maka jiwa dan pandangan juga turut tumbuh
Akan ada pemberitahuan
Yang dipahami tanpa sadar
Tersenyum bukan lagi untuk bahagia
Banyak ketabahan menutupi luka
Perlahan-lahan senja semakin redup
Sebagaimana diri inipun tertiup
***
Nasehat
Seorang lelaki pergi menuju pasar
Peci yang pudar dibaluti kain usang
Berpakaian koko putih dengan celana abu kemerahan
Berjalan menuruni tangga kayu
Pintu ditutup tanpa kunci
Mengambil goni menaruhnya di batang besi
Mendayung sepeda hingga menuruni bukit berkabut
Membawa tentengan buah pisang serta daun ubi
Sepanjang jalan menerobos debu
Sinar matahari terik memekik
Di kerangka tulang belakang membungkuk
Terduduk dengan dayungan mendayu
Seorang datang dari depan
Menghadang tidak menantang
Menertawakan sambil berlagak gagak
Semua itu terbangun dalam angan si tua yang muda berpuluh tahun sebelumnya
Kini benar kata tua
***
Orang-Orang di Jalan Permohonan
Mereka berada di barisan terdepan
Memungut suara dari ribuan manusia biasa
Melumat kata-kata
Menerobos pikiran pada terik siang yang pecah
Baca Juga: Literasi Digital Kunci Kesuksesan Generasi Muda
Gambar-gambar di rentetan tiang dan dinding rumah-rumah
Semarak hingga ke gang-gang kecil
Suara siaran radio tak lagi terdengar irama
Dipenuhi dengan penjualan nama untuk diperhitungkan nanti ketika pemilihan
Berbagai kalimat terungkap tanpa naskah
Jikapun ada naskah belum tentu ada makna
Kosong tidak berguna
Berkoar penuh ambisi
Orang-orang berteriak mendukung
Meski sudah berpuluh tahun hidup mengganggur dengan janji
Mengubur suara
***
Pesan Terakhir
Ungkapan itu terniang di ingatan
Saat petang dinaungi udara menjelang malam
Tiada suara, kecuali bisikan hati
Yang rancu, membuat gelisah
Baca Juga : Momen Mengharukan Anak dan Ibu yang Melelehkan Hati
Sementara kesiapan diri semakin uzur
Langit tanpa keberanian melihat bumi
Seakan menahan gejolak sedih
Mungkin akan tiba akhir dari kata mati
Ingatan itu, membuat tanah bergetar
Laut menangis
Daun-daun gugur
Hujan air mata runtuh
Membanjiri tubuh
Damay Ar-Rahman atau Damayanti, alumni Universitas Malikussaleh dan IAIN Lhokseumawe merupakan pengajar dan penulis buku puisi Aksara Kerinduan, Serpihan Kata, Senandung Kata, Kumcer Bulan di Mata Airin, Dalam Melodi Rindu, novel Akhir Antara Kisah Aku dan Kamu, Di Bawah Naungan Senja, dan Musafir. Tulisannya pernah dimuat oleh Serambi Indonesia, Republika, Suara Merdeka, Riau Pos, Sinar Indonesia Baru, Klik Aceh, Berawang News, dan terhimpun dalam E-Jurnal Doea Jiwa Malaysia . Berdomisili di Lhokseumawe, Aceh. Media Sosial : @damayarrahman
Tulis Pendapat Anda 0 comments
EmoticonEmoticon