Puisi Meraih Mimpi Dimas Tentang Waktu dan Upaya
"Waktu makin memadat, memaku yang telah lewat"
Angin Tak Akan Kembali
ini angin tak akan kembali lagi
awan-awan senja jadi serupa kain
yang menutupi wajahnya di atas kasur
aku dengar setelah ayat terakhir,
ada suara gemetar, juga hati
tiba-tiba meleleh seperti lilin
tubuhnya sebentar lagi tenggelam
dan aku menerka seberapa berat jiwa
jika ditimbang seperti daging di pasar
aku mungkin,
sekaligus banyak orang,
masih belum mengerti bagaimana
serbuk bunga bekerja bersama hujan,
bergerak dengan seksama menuju
keluasan antah berantah
aku membayangkan
jalan apa yang akan dilalui, juga
tempat apa yang akan dihadapi
apakah langkah kaki
tidak diperlukan lagi?
apakah ada binar terang
dengan setapak mulus di sana?
2023
***
Baca Juga : Sajak Wendy Lim dalam Catatan Cinta di Langit
Para Pejalan
Kita pejalan dengan kaki
yang terdampar
waktu melalu layaknya kilasan
seperti beliung, mengurai ingatan
dengan dendam
kita pernah terusir,
bersama banyaknya pertanyaan
yang belum rampung
adakalanya iman tak selalu mengalir
adakalanya yang kita percaya jatuh pecah,
bergelimpangan seperti keramik
dari ruang ibadah
kita pejalan dengan kaki
yang tak mungkin lagi menjejak
langit memotong warna biru
di atas, benih embun tak punya lagi
alasan untuk jatuh, dan mata angin
kehilangan kemampuan mengguncang
buah-buahan
kita, dengan hati yang penuh terkaan,
membayangkan lengan-lengan mimpi turun
membayangkan napas yang diburu
menjelang dirampas
2023
***
Tentang Waktu
waktu makin memadat,
memaku yang telah lewat
setiap yang murung
air muka menggelusur
bagai batang yang gugur
dan tetap,
kita akan sampai ke sana
ketika tahun-tahun menorehkan
noda hitam pada sehampar
angkasa yang putih
tatkala semi memandang kita
cinta itu masih ada, bergayut tumbuh,
seperti hutan-hutan di gigir gunung
dan tetap,
kita akan sampai ke sana
walau tubuh ini adalah
tulang-tulang daun
2023
***
Baca Juga : Tips Meningkatkan Keterampilan Membaca untuk Anak-Anak
Upaya
tetaplah mencari
dan tetaplah berada
di dalamNya
dunia,
tak pernah selesai
untuk tergerus
dan Ia
menyatu
dalam hidup
bagai teratai yang menguap
terkatung, membayangkan
riak-riak air
Kau masih berdiri
dan sayapMu
menetas bulu-bulu putih
seperti telur
dan sayapMu
menusuk jauh laut-benua
menyingkirkan alam yang dingin
melalui segala yang rupa
ajal kian menerpa
membasahi tanah gembur
juga menumbuhi mawar
2023
Baca Juga : Lomba Menulis Terbaru 2023
***
Keinginan
ada yang melerai kita pada gerimis ini
ketika pagi lupa untuk datang,
lanskap jadi selembar kabut
ada cinta yang membekas di cermin,
bibir cangkir, juga tepi tubuh kita
ada anggur sisa sesap yang kita rasakan
ketika sentuhan jadi gigil malam
ada segumpal kenangan yang pergi
dalam cerita yang utuh
ada bahasa yang kaku, yang kelu,
bahasa gugup kita
jika masih ada, aku ingin
—kuharap kau juga
menikmati yang tersaji ini
sehampar persentuhan
yang sedang menghampiri
2023
***
Dimas Julian Anggada yang lahir di Pondok Pinang, Jakarta Selatan, 19 Juli 1998. Alumnus Sastra Indonesia di Universitas Pamulang. Hobi menonton film dan membaca buku. Beberapa karya puisi pernah dimuat di media Omong-omong Media dan Beritabaru.co. Bisa disapa melalui Instagram dan Twitter: @dimasanggada
Berkaitan dengan isi tulisan sepenuhnya tanggung jawab penulis. Literasi Kalbar sebagai wadah kreativitas berliterasi baca tulis.
Literasi Kalbar menerima tulisan berupa puisi, cerpen, resensi, & opini. Silakan kirim ke literasikalbar@gmail.com
Ketentuan tulisan bisa baca di Kirim Tulisan
Tulis Pendapat Anda 0 comments
EmoticonEmoticon