Literasikalbar.com – Wendy Lim kembali menghadirkan puisi penggambaran tentang rasa cinta. Mungkin saja rasa cinta yang remeh. Selain itu, tentang nasib dan mimpi yang mungkin saja merupakan hal besar. Pembaca lagi lagi dibawa untuk menikmati gambaran dan pengalaman tentang cinta, nasib, dan mimpi yang mungkin saja lewat begitu saja.
Sajak Wendy Lim dalam Catatan Cinta di Langit
"Sembunyilah di kesunyian. Diam-diam ikuti jejak doa-doa kami. Lalu di saat yang tepat, sentuhlah hati."
Mimpi dan Nasib
Burung hantu berkukuk tiga kali
Tanda kita lelap dalam mimpi
Satu mimpi yang aku mau
Yaitu lelap di pangkuan hatimu
Matahari memang sudah raib
Tanda kita terjebak dalam nasib
Satu nasib yang aku mau
Yaitu terjebak di labirin cintamu
Gelap menebar indah seperti lagu
Tanda kita dewasa dalam pinta
Satu pinta yang aku mau
Yaitu dewasa di ranjang nikah kita
Baca Juga : Tips Meningkatkan Keterampilan Membaca untuk Anak-Anak
***
Seperti di Langit
Seperti matahari yang lelah
Terbenam dalam rona senja,
Maka aku dengan rona senyum
Terbenam dalam pelukanmu.
Seperti gemintang yang kilau
Timbul di bening semesta,
Maka aku dengan bening jiwa
Timbul di pantulan matamu.
***
Catatan Cinta
Tarian angin
Halusnya sayap cinta
Kepak cahaya
Kecipak air
Wangi pagi asmara
Saling bercanda
Ciuman api
Lilin kecil di mata
Terangi jiwa
***
Katakanlah Padaku
Katakanlah, oh, katakanlah
Sebelum malam menjadi makam
Sebelum gelap menjadi genap
Sebelum takut menjadi akut
Ungkapkanlah, oh, ungkapkanlah
Sebelum sepi yang tak bertepi jadi api
Sebelum sesal yang tak berakal jadi ajal
Sebelum firasat melesat menjadi sesat
Baca Juga : Puisi Dise Dalusari dan Siulan Isyarat Rimba
***
Merah Biru
Apa sedang marah pada cinta
Atau sedang merah oleh cinta?
Tapi satu yang kutahu,
Jangan murah dengan cinta!
Apa sedang bisu pada rindu
Atau sedang biru oleh rindu?
Tapi satu yang kutahu,
Jangan ambigu dengan rindu!
***
Pesan untuk Angin
Angin, tolong belai dia
Dengan halus dan harum
Dan bisiklah ke kupingnya
Tiupan lembut nafas rinduku
Angin, karena kau sulit dilihat
Jadi sembunyilah ke kesunyian
Diam-diam ikuti jejak doa-doa kami
Lalu di saat yang tepat, sentuhlah hati
Baca Juga : Lomba Menulis Blog Gratis Total 12 Juta
***
Ruang
Di bawah teduhnya kubah semesta
Tetes embun memeluk cahaya
Dan mereka pun tidur bersama
Dalam dekap hangat daun cemara
Sebelum embun menguap pergi
Ke angkasa
Pada akhirnya
Menjadi bagian dari cahaya
Wendy Lim lahir tanggal 10 Juni 1996 di Pontianak adalah seorang mahasiswa di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2016 dengan jurusan S1 Sastra Indonesia. Pada tahun 2020 Wendy Lim kembali kuliah di Universitas Widya Dharma Pontianak dengan jurusan D3 Bahasa Inggris. Salah satu buku puisinya adalah “Pilu Memilu Aku Berlagu” yang diterbitkan Enggang Media pada akhir tahun 2021. IG: @amuk_angan
Berkaitan dengan isi tulisan sepenuhnya tanggung jawab penulis. Literasi Kalbar sebagai wadah kreativitas berliterasi baca tulis.
Literasi Kalbar menerima tulisan berupa puisi, cerpen, resensi, & opini. Silakan kirim ke literasikalbar@gmail.com
Ketentuan tulisan bisa baca di Kirim Tulisan
Tulis Pendapat Anda 0 comments
EmoticonEmoticon