Literasi Kalbar - puisi Ayu'dya Despani dan perempuan hujan menyajikan puisi mungkin beranjak dari pengalaman pribadi penulis. Puisi yang rasanya dekat dengan pembaca karena puisi tentang keluarga. Mungkin puisi yang sepertinya mendedahkan rasa melankolis pada pembaca.
Perempuan dan Hujan
perempuan dalam renungan berkecipuk di ceruk rindu tunduk terduduk meresapi deras hujan
menunggu seteduh pilu bermusim ia semayamkan derai
di lapang dada, di dasar kecewa
bernisankan satu nama nan kian membatu
—membisu
namun, restu menjelajahi terlalu pasi adanya
hingga gerimis mengkeramatkan tangis tiada lagi kenang yang hadirkan linang
tersebab telah mati rasa,
mati hati
bersama ingatan nun terus terkikis
—tertumpas
habis
Pontianak, 22 Oktober 2022
Baca Juga : Lomba Menulis Terbaru 2023
***
Pulangnya Sang Kupu-Kupu
ruang penuh raung
kenang dalam kening
ada meruncing di tebing-tebing nadi
yang detak denyutnya menolak 'tuk dipungkiri
gelisah menyekap dada tangis membakar doa-doa tempat-tempat tersemat angkat bicara
dari pintu-pintu mana saja terbangnya rendah
dentang-denting berlalu malam di percumbuan waktu
adalah pemberhentian lelah diri
kupu-kupu pulang tanpa terang
dengan sepasang sayap nar layu lagi usang
demikian air mata tumpah dalam patah
: sepatah-patahnya
Pontianak, 10 Oktober 2022
***
Sebisu Rumah Ibu
pada dinding-dinding batu pada dada yang pintunya diketuk-ketuk gelisah kulihat engkau duduk menekuk wajah menimang-nimang gundah hingga tanggul di matamu bedah
: luah membasah
seperti cerita yang diwariskan waktu ke waktu seperti kisah yang bisa saja berulang menjadi abu
betapa angkara nyaris meleburkan harta paling berharga
: pusaka seribu buku
adalah seni paling sepuh namun, tinta mengotori secara salah
dan rumah kita tak lagi ramah
ibu...
bak lakon wayang yang bergerak atas kehendak sang dalang
akankah sahaya menghamba memangku arang?
sedang riuh suara bernada sumbang
terus saja merutuk bayang
jawablah, bu ...!
usah lagi bisu
; menandai yang lalu
Pontianak, 11 September 2022
Baca Juga : Lomba Menulis Gratis JNE Hadiah Puluhan Juta
***
Tentang yang Hilang
malam ditakarnya dengan ambigu
di bibir gulita, ia enggan menyatu
hatinya sebatang kara terkenang sibiran tulang yang lama ditunggu
entah harus ke mana
lagi mencari gadis kecil berbingkai cahaya dalam harumnya aroma doa? sedang bayang kelam terus saja memaksa kalah dengan kedua mata linang membasah
malam menutup laku gadis kecil kini tenang dalam dekapan dalam pejam
—isak tangis tak lagi menyeru, "Ibu ...!
Pontianak, 5 Oktober 2022
***
Serindu Tungku Ibu
di atas tungku perapian yang kayu-kayunya
dari keras belantara kehidupan
kerak kering periukmu mengalas perut-perut tandas kami
belum lagi fajar menyingsing
: langit menguntum kuning saban hari
jari-jemarimu itu menyuapi mulut ini dengan bulir-bulir luhur ketulusan
hingga rambang petang urat-urat meng(g)urat wajah hingga rebah
: berkalang tanah
Pontianak, 02 September 2022
***
Ayu'dya Despani atau akrab disapa Moy berdomisili
di Kota Khatulistiwa Pontianak, Kalimantan Barat. Berlatar ilmu pendidikan, perindu ulung yang terkadang melankolis ini hampir satu dekade bergelut dalam penulisan teks nonfiksi. Baginya, berpuisi adalah istirahatnya di mana pikiran, perasaan, dan kata-kata akan tetap bernapas.
Tulis Pendapat Anda 0 comments
EmoticonEmoticon