Opini Yeni Maulidah
sastra digital pic pixabay |
Seperti yang kita ketahui, dimana sastra erat kaitanya
dengan perkembangan teknologi dan informasi. Sebab dengan adanya sastra,
merupakan suatu wadah sebagai media penyebar dan pencari informasi serta dapat
juga dilakukan sebagai kegiatan komunikasi. Bahasa dan sastra merupakan dua hal
yang tak bisa dilepaskan. Adapun hakikat fungsi dari bahasa sendiri yakni
sebagai pemersatu, sarana mengungkapkan emosi, sarana komunikasi, mengembangkan
ilmu pengetahuan, dan sebagai alat kontrol sosial.
Jika kita menilik catatan sejarah dimana orang-orang terdahulu menulis menggunakan prasasti yang diukir sebelum ditemukanya kertas. Setelah ditemukanya kertas pada tahun 105 M barulah manusia dapat menggunakanya sebagai media untuk menulis yang lebih baik lagi. Seiring berkembangnya zaman yang disebut sebagai era milenial, dari media kertas tersebut kemudian di upragade lagi menjadi media digital.
Baca Juga: Upaya Memicu Anak Supaya Mau Membaca
Di dalam media digital seseorang dapat
melakukan suatu kegiatan komunikasi dan interaksi sosial dengan mudah sekalipun
hanya dengan duduk atau berbaring di tempat tidur. Dari kemudahan teknologi
inilah sehingga dapat mengakses segala bentuk informasi dengan cepat dan mudah.
Berbicara soal digitalisasi tentu ada istilah tersendiri dalam bidang sastra yang disebut sebagai sastra digital. Dimana sastra digital merupakan suatu media yang penyebaranya dapat digunakan via digital, sehingga dapat dinikmati secara digital pula. Sebelum peralihan ke sastra digital ada pula yang disebut sebagai sastra manual, dimana media yang digunakan berupa tenaga manusia dalam bentuk kertas melalui tulisan tangan.
Baca Juga: Membeli Buku Sebuah Upaya Apresiasi Karya
Perbedaan sastra
manual dan digital terlihat pada media penggunaan dan keunggulanya. Adapun
keunggulan dari sastra digital dapat mengakses informasi secara menyeluruh dan media
penyebarannya pun bervariatif seperti, website, sosial media berupa: Twitter,
Instagram, Facebook, dsb.
Konflik oleh oknum-oknum jahat yang tidak bertanggung jawab. Sedangkan dari sisi positifnya karena masyarakat juga tak lepas dari pengaruh teknologi sehingga dalam hal sastra pun terdapat suatu akses untuk membaca puisi, cerpen, novel, dan naskah drama yang dapat dibaca dalam bentuk buku elektronik (e-book) atau format PDF yang dapat diunduh melalui internet.
Selain
itu, harganya juga lebih murah dan ada pula yang dapat diakses secara gratis.
Ada juga platform digital yang biasa digunakan anak remaja untuk membaca dan
menulis seperti Wattpad, KBM Apps, Fizzo, dsb. Selain bisa berkarya dengan menulis
mereka juga dapat menghasilkan uang.
Baca Juga: Membaca Buku Membuang Waktu
Budaya literasi tidak hanya soal membaca dan menulis, tetapi
juga sebagai sarana akses informasi di berbagai media. Oleh karena itu, budaya
literasi juga akan muncul ketika setiap individu menggunakan perangkat mereka
untuk mencari informasi melalui website sebagai refrensi mereka. Melalui
penggunaan teknologi digital mampu mengembangkan aktivitas dan dan kreativitas
para pembaca.
***.
Yeni Maulidah lahir di Cirebon, 10 Mei 2004 merupakan seorang mahasiswi di Universitas Swadaya Gunung Jati, program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Aktif menulis sejak tahun 2019-Sekarang. Hobi menulis karya fiksi dan nonfiksi. Buku solo pertamanya “Seni Menanggapi Peristiwa” terbitan (Guepedia: 2021).
Beberapa karyanya dimuat dalam Surat Kabar Radar Cirebon, Radar Pekalongan, Radar Madiun, Harian BMR Fox, Suara Sarawak (Malaysia), dan Utusan Borneo (Malaysia). Juga tayang di beberapa media masa. Karya puisinya pernah dimuat dalam buku antologi puisi “Mengenang Sang Penjaga Sastra HB Jassin” yang diselenggarakan Badan Dokumentasi Sastra HB Jassin, dan buku antologi puisi “Puisi Untuk Dokter” dalam rangka HUT Ke-72 Dokter Indonesia yang diselenggarakan IDI Cabang Denpasar. Bisa disapa melalui Instagram @yeniem_10.
Isi tulisan merupakan tanggung jawab penulis
Tulis Pendapat Anda 0 comments
EmoticonEmoticon