Cerpen Achmad Fahad
Literasikalbar.com - Achmad Fahad menyajikan cerita cinta masa sekolah yang biasanya dilewati dan disaksikan. Bagaiman cerita masa sekolah tentang percintaan yang memberi warna semasa remaja. Cerita yang disuguhkan Achmad membuat yang membacanya senyum sendiri. Mengingat kejadian saat masa sekolah dengan kejadian yang kadang unik bahkan konyol.
Cerpen Cintaku Bertepuk Sebelah Tangan pic pixabay |
Cintaku Bertepuk Sebelah Tangan
"Kamu tidak perlu mengetahui apa alasannya dan cukup kamu mengetahui jawabannya."
Pagi ini Amir terlihat begitu bersemangat untuk berangkat ke sekolah, ditambah lagi dengan raut wajah yang selalu memancarkan senyuman manis khas anak muda yang tengah berbahagia. Sebelum berangkat ke sekolah, Amir terlebih dahulu menyantap hidangan yang telah disiapkan oleh ibunya di meja makan. Dengan lahap Amir segera menghabiskan hidangan yang terdiri dari nasi, sayur, serta ikan ayam goreng dan sambal, lalu meminum teh hangat sebagai penutup menu sarapan paginya.
Setelah selesai sarapan, Amir bergegas menghampiri ibunya yang saat itu sedang berada di dapur untuk meminta ijin sebelum berangkat ke sekolah. Amir mencium tangan kanan ibunya kemudian mengucapkan salam, lalu segera berangkat ke sekolah. Ibunya hanya bisa memandang Amir berangkat ke sekolah dengan seulas senyum tipis yang menghiasi wajahnya. Ibunya merasakan ada sesuatu yang telah membuat anak kesayangannya berubah lebih rajin belajar, lebih bersemangat untuk pergi ke sekolah akhir-akhir ini.
Saat
ini Amir sedang duduk di bangku kelas tiga SMA. Ini adalah tahun perjuangan
bagi seluruh siswa kelas tiga, karena tidak lama lagi akan menghadapi Ujian Akhir
Nasional. Amir seolah tidak ambil pusing dengan semakin dekatnya waktu pelaksanaan
ujian akhir. Karena saat ini pikiran dan hati Amir tengah terbuai oleh sebuah
perasaan yang telah membuat hidupnya berubah, yang pada gilirannya membuatnya
lebih bersemangat untuk datang ke sekolah. Tidak terkecuali pagi ini, Amir
begitu bersemangat untuk segera sampai di sekolah dan yang lebih penting supaya
dapat bertemu dengan teman satu kelasnya yang telah merubah hidupnya
akhir-akhir ini. Setelah sampai di sekolah, Amir segera memarkir motornya di
tempat parkir, lalu berjalan santai seolah tanpa beban menuju ke ruang kelas
yang berada di lantai dua.
Ketika
berjalan di halaman sekolah yang nampak bersih dan asri itulah tanpa sengaja
pandangan mata Amir melihat seorang wanita cantik dengan kulit seputih kapas sedang
berjalan anggun ke arahnya. Seketika Amir hanya bisa berdiri diam seolah
seluruh energi dalam tubuhnya terhisap masuk ke dalam tanah, pandangan mata
Amir seolah tak bisa lepas dari pesona cantik wanita yang telah membuat hatinya
berbunga-bunga selama ini. Ketika jarak Amir dengan wanita cantik itu semakin
dekat, tanpa diduga tatapan mata Amir bertemu dengan tatapan mata si wanita
cantik. Tidak ada kata yang terucap, hanya sebuah senyum ramah dan anggukan
sopan. Tetapi bagi Amir, kejadian kecil yang baru saja terjadi telah membuat
jiwanya meleleh bagaikan lilin yang terbakar oleh api cinta.
Ketika
berada di dalam kelas, Amir seolah tidak bisa fokus dengan mata pelajaran yang
sedang disampaikan oleh seorang guru. Pikiran dan hati Amir selalu tertuju
kepada wanita cantik yang duduk di sebelah kanan Amir. Hingga terdengarlah
sebuah pertanyaan yang ditujukan kepada Amir yang saat itu terlihat sedang
melamun.
Baca Juga: Cerpen Poligami
“Amir,
tolong engkau jelaskan kembali materi yang baru saja disampaikan?” tanya Pak
Samsul dari depan ruang kelas.
Amir
yang seakan baru tersadar dari lamunan indahnya terlihat bingung dan tanpa
pikir panjang langsung menjawab.
“Ehm
… tadi itu membahas tentang sebuah teori …” Amir tidak tahu harus menjelaskan
apa dan akhirnya hanya bisa diam dengan senyum lucu menghiasi wajahnya.
Seketika
ruang kelas menjadi riuh dengan suara tawa dari murid-murid lainnya karena
tingkah konyol Amir pagi ini. Tidak terkecuali Fatimah juga ikut tertawa denga
senyum cantiknya.
Jam
pelajaran pagi itu ditutup dengan sebuah tingkah konyol Amir yang membuat seisi
kelas menjadi gaduh. Tetapi Amir tidak ambil pusing dengan itu semua, karena saat
ini Amir sedang merasakan perasaan jatuh cinta kepada Fatimah yang telah
meluluh-lantakkan hatinya bagaikan angin tornado yang memporak-porandakan suatu
daerah.
Pada
jam istirahat, Amir sedang berada di dalam ruang perpustakaan sekolah yang ada
di lantai tiga. Amir terlihat begitu larut dengan buku yang dibacanya tetapi
pada kenyataannya pikiran dan hati Amir sedang berada di tempat lain. Akhirnya
sebuah kejutan yang tak terduga dialami oleh Amir pagi itu. Fatimah tanpa
diduga juga sedang berada di dalam ruang perpustakaan dan saat itu sedang
berdiri di deretan rak buku yang berada di tengah ruangan. Setelah menemukan
buku yang dicarinya, Fatimah langsung menuju ke meja kosong yang ada di depannya.
Amir masih belum mengetahui siapa wanita yang duduk di seberang mejanya.
Setelah selesai membaca buku, Amir mendongak untuk melihat sekeliling ruang perpustakaan
dan alangkah terkejutnya saat mengetahui Fatimah sedang duduk seorang diri
sambil serius membaca buku di seberang mejanya.
Karena
tengah diliputi oleh perasaan jatuh cinta kepada pujaan hatinya. Amir segera
bangkit dari tempat duduknya dan berpindah ke tempat Fatimah yang saat itu
terlihat sedang membaca buku. Setelah berdiri di depan meja Fatimah, tiba-tiba
Amir merasa tidak percaya diri dan bingung. Namun karena perasaan jatuh cintanya
yang sudah membuncah di dalam hati begitu tinggi, maka momen langka seperti ini
tidak boleh dilewatkan begitu saja. Bisa jadi momen berdua dengan pujaan
hatinya seperti pagi yang cerah ini tidak akan bisa terulang kembali. Akhirnya
dengan memberanikan diri dan sedikit nekat Amir berkata.
“Maaf
sebelumnya Fatimah jika aku menggangu waktu membacamu. Apakah aku boleh duduk
di sini?” Sambil tangan Amir menunjuk kursi kosong yang persis berada di depan
Fatimah.
Mendengar
ada orang yang memanggilnya. Fatimah lalu mendongak dan melihat siapa orang
yang berbicara kepadanya. Setelah mengetahui orang itu adalah Amir, kemudian
Fatimah menjawab.
“Silahkan
Amir, kalau kamu mau duduk di situ.”
Mendengar
jawaban dari Fatimah, Amir segera menarik sebuah kursi dan langsung duduk
dengan hati berbunga-bunga di depan pujaan hatinya yang terlihat begitu cantik.
“Kalau
boleh tahu, buku apa yang sedang kamu baca Fatimah?” kata Amir membuka
percakapan sambil mengusir kegugupan yang berkecamuk di dalam dirinya.
“Ini
buku novel yang sedang aku baca Amir,” jawab Fatimah. “Karena aku begitu
menyukai buku-buku novel, apalagi novel yang bergenre horor. Kalau kamu sendiri
sedang apa di perpustakaan Amir?” tanya Fatimah.
“Aku
sedang memikirkanmu Fatimah sepanjang pagi ini. Karena dirimulah aku bisa
bersemangat datang ke sekolah dan juga giat belajar di rumah.” Jawaban yang
keluar dari mulut Amir adalah ungkapan perasaan yang menemukam jalannya,
sehingga semua berjalan secara otomatis tanpa bisa dikontrol. Kata demi kata
yang terucap menggambarkan betapa Amir begitu mencintai Fatimah hingga ia rela
berubah.
Jawaban
dari Amir yang apa-adanya dan langsung mengutarakan isi hatinya membuat Fatimah
tersipu malu dan tidak tahu harus berkata apa lagi. Setelah mendengar jawaban
dari Amir, terjadi keheningan diantara Amir dan Fatimah yang seolah berjalan
begitu lama. Hingga akhirnya Amir yang memecah keheningan dengan berbicara
terus terang.
“Fatimah,
ijinkan aku berkata jujur kepadamu. Namun sebelumnya aku mohon maaf jika apa yang
akan aku katakan ini adalah salah,” Amir berhenti sejenak sebelum melanjutkan
kalimatnya. “Dari hati kecilku yang paling dalam, aku begitu mencintaimu dengan
tulus Fatimah. Maukah engkau menjadi kekasihku?” tanya Amir sambil memandang
wajah cantik Fatimah bagaikan seorang bidadari yang turun dari kayangan.
Baca Juga: Sejarah Berdirinya Kesultanan Sanggau
Amir
hanya mendapati kebisuan dari Fatimah dan pada saat yang sama Fatimah malah
terlihat menggigiti bibir bawahnya sambil memejamkan mata, seolah-olah
permintaan Amir yang baru saja disampaikan telah menggoncang jiwa Fatimah. Amir
menjadi takut dan merasa bersalah jika ucapannya telah menyinggung dan membuat
Fatimah marah kepadanya. Setelah merasakan keheningan yang seolah telah
berlangsung selama berjam-jam, kemudian terdengar suara Fatimah berkata kepada
Amir.
“Hari
ini aku sungguh begitu terkejut mendengar engkau mengutarakan isi hatimu
kepadaku secara terus terang Amir. Aku bahkan tidak tahu harus menjawab apa
dengan pertanyaan yang baru saja kamu sampaikan. Karena baru pertama kali ini
dalam perjalanan hidupku ada seorang lelaki yang berkata seperti itu kepadaku.
Jujur saat ini aku belum bisa menjawabnya Amir dan aku perlu waktu untuk
memikirkannya terlebih dahulu,” jawab Fatimah dengan berterus terang sambil
menjelaskan situasinya kepada Amir.
“Baiklah
Fatimah tidak apa-apa engkau tidak bisa menjawabnya sekarang. Tetapi aku mohon
kepadamu, setelah engkau pikirkan masak-masak semua ini, tolong berilah aku
jawaban. Supaya hati dan pikiranku bisa tenang setelah mendengar jawaban darimu
dan tidak berkecamuk seperti saat ini.”
“Insyaallah
secepatnya aku akan beri jawaban kepadamu Amir,” pungkas Fatimah.
Setelah
itu Fatimah segera bangkit dari tempat duduknya dan langsung berjalan
meninggalkan Amir yang tengah duduk termenung di dalam ruang perpustakaan yang
mulai sepi. Terdengar bunyi bel masuk tanda jam pelajaran akan segera dimulai
kembali. Amir segera bangkit dari tempat duduknya lalu mengembalikan buku yang
tidak pernah ia baca ke tempatnya semula dan berjalan kembali ke ruang kelas
dengan hati dan pikiran yang semakin tak karuan.
***
Ternyata
menunggu jawaban dari Fatimah telah membuat Amir semakin gelisah dan tidak
sabaran. Bahkan ketika berada di dalam kelas, ingin rasanya Amir mendatangi
Fatimah dan langsung menanyakan jawaban dari pertanyaannya kemarin. Jika
situasinya terus berjalan seperti ini, bisa-biasa Amir menjadi gila karena
penantian yang tidak pasti. Ternyata satu minggu waktu yang dibutuhkan Fatimah
untuk memberi jawaban kepada Amir. Dengan secarik kertas beserta tulisan tangan
Fatimah yang dilipat rapi, Fatimah meminta tolong kepada teman sekelasnya yang
duduk di sebelahnya untuk memberikan sobekan kertas kecil itu kepada Amir. Sobekan
kertas kecil itu tiba di meja Amir dan dengan penasaran Amir segera membukanya
lalu membaca isi yang ada di dalamnya. Setelah membaca isi yang ada di dalam
kertas itu, wajah Amir seketika berubah ceria.
Baca Juga: Tewasnya Gagak Hitam Sidik Nugroho
Saat
jam istirahat, Amir segera bergegas menuju ke ruang perpustakaan untuk bertemu
dan mendengar jawaban dari Fatimah yang telah dengan sabar ditunggunya selama
ini hingga hampir membuatnya setengah gila dan putus asa. Amir dengan hati yang
berbunga-bunga dan penuh percaya diri berjalan masuk ke dalam ruang
perpustakaan dan alangkah terkejutnya ketika melihat Fatimah sudah berada lebih
dulu di dalam ruang perpustakaan mendahuluinya. Amir segera menghampiri meja
Fatimah lalu menarik sebuah kursi dan duduk dengan senyum bahagia yang selalu
terhias di wajahnya. Kemudian tanpa basi-basi dan menunggu lebih lama lagi,
Amir segera bertanya kepada Fatimah karena dorongan dalam hatinya sudah tak
bisa dibendung lagi.
“Fatimah
kalau boleh tahu apa jawaban kamu tentang pertanyaanku yang kemarin?”
Terjadi
keheningan sebelum Fatimah menjawab pertanyaan Amir yang membuat situasi di
dalam ruang perpustakaan memancarkan aura ketegangan yang semakin lama semakin
tinggi.
“Baiklah,
aku akan menjawab pertanyaanmu yang kemarin Amir. Apa pun jawaban yang akan aku
berikan kepadamu Amir, engkau harus menerimanya, mengerti!” jawab Fatimah
dengan tegas dan tanpa basa-basi.
“Baiklah
Fatimah. Apa pun jawaban yang akan engkau sampaikan kepadaku. Aku akan
menerimanya,” imbuh Amir dengan tersenyum kepada Fatimah seolah begitu yakin
cintanya akan diterima oleh Fatimah.
“Aku
mohon maaf sebelumnya kepadamu Amir,” kata Fatimah mulai memberi jawaban apa
adanya kepada Amir. “Untuk sekarang aku belum bisa menerima cintamu kepadaku
Amir. Engkau tidak perlu mengetahui apa alasan aku menolak cintamu, tetapi engkau
cukup mengetahui jawabannya, karena engkau hanya menginginkan jawaban dariku
bukan alasannya.”
Baca Juga: Cerpen Resign E Widiantoro
Mendengar
jawaban yang baru saja disampaikan oleh Fatimah yang ternyata menolak cintanya,
membuat perasaan Amir bagai disambar petir di siang bolong, ditambah lagi dunia
impiannya tentang cinta dan kasih saat itu juga berbalik seratus delapan puluh
derajat. Semua peristiwa ini tidak sesuai dengan apa yang Amir harapkan dan
bayangkan, dan sekarang semua pengorbanan yang telah Amir lakukan selama ini berubah
menjadi berantakan dan mulai hancur berkeping-keping menuju jurang yang dalam
tanpa ada tempat untuk kembali. Dengan suara bergetar dan tidak percaya dengan
semua peristiwa ini Amir berkata.
“Kenapa
engkau menolak cintaku Fatimah? Apa alasannya tolong beri tahu aku,” pinta Amir.
“Apa
kamu sudah lupa Amir dengan kesepakatan yang telah kita buat di awal tadi? Kamu
tidak perlu mengetahui apa alasannya dan cukup kamu mengetahui jawabannya. Apa
itu kurang jelas Amir?” tanya Fatimah dengan suara sedingin es.
“Aku
tidak mau tahu Fatimah. Pokoknya aku tetap ingin mengetahui apa alasan kamu
menolak cintaku,” suara Amir semakin meninggi karena amarah dan frustasi dengan
situasi yang sedang dialaminya saat ini.
“Cukup
Amir! Hentikan semua usahamu yang sia-sia itu. Aku tetap tidak akan pernah
memberi tahu apa alasannya kepadamu, karena itu tidak penting untukmu,” jawab
Fatimah diplomatis dan tak mau mengalah dengan permintaan Amir.
“Kenapa
kamu begitu tega berbuat seperti itu kepadaku Fatimah? Aku begitu mencintaimu
dengan tulus dan apa adanya,” ucap Amir menjelaskan kepada Fatimah.
“Simpan
cinta tulusmu itu untuk wanita lain dan pastinya bukan untukku. Karena aku
tidak butuh cintamu Amir. Dan satu hal lagi, jika kamu sudah selesai dengan
urusan cinta yang tidak berguna ini, aku mau pergi dari sini sekarang. Dan satu
hal lagi, tolong jangan pernah ganggu hidupku lagi mulai sekarang, karena aku
ingin fokus mempersiapkan diriku menghadapi Ujian Akhir Nasional nanti.”
Setelah mendengar jawaban dari Fatimah yang lugas dan tegas, Amir hanya bisa duduk diam di tempatnya dan tidak meneruskan perdebatan ini yang pada akhirnya akan menimbulkan keributan di dalam ruang perpustakaan. Amir hanya bisa memandang tanpa daya ketika pujaan hatinya Fatimah bangkit dari tempat duduknya dan berjalan pergi meninggalkan ruang perpustakaan dengan langkah yang penuh percaya diri dan seperti tidak terjadi apa-apa. Sambil duduk termenung seorang diri di dalam ruang perpustakaan yang mulai sepi, Amir masih tidak bisa percaya dengan kejadian yang baru saja ia alami.
Bagaimana bisa cintanya kepada Fatimah yang tulus ternyata ditolak dengan mentah-mentah dan tanpa perasaan bersalah sedikit pun. Padahal yang ada dalam pikiran Amir selama ini adalah cintanya akan diterima dan ia akan bisa menjadi kekasih Fatimah, wanita yang sangat cantik, murid berprestasi di sekolah, juga anak seorang yang terpandang dan kaya. Tetapi apa daya, kenyataan pahit yang Amir terima tidak seindah harapan yang selalu ia bayangkan. Amir hanya bisa mengepalkan ke dua tanganya di atas meja serta ditambah dengan rasa sakit di dalam hati yang belum pernah Amir rasakan sebelumnya.
Baca Juga: Cerpen Perindu Kurban
Amir menyadari tidak ada lagi yang dapat ia lakukan untuk merubah
keadaan yang menyakitkan ini. Mulai hari ini, Fatimah wanita yang ia cintai
dengan tulus akan lepas untuk selamanya dan akan menjadi milik orang lain suatu
hari nanti. Amir tidak akan pernah sanggup melihat Fatimah duduk di atas
pelaminan dengan pria pujaan hatinya dan itu akan menjadi mimpi buruk di
sepanjang sisa perjalanan hidupnya.
Ruang
perpustakaan sekolah yang ada di lantai tiga akan selalu menjadi kenangan pahit
dan saksi bisu bagi perjalanan kisah cinta Amir dengan Fatimah yang kandas
bahkan sebelum memulai. Sampai kapan pun, Amir akan selalu mengingat momen di mana
hari itu adalah hari yang telah menggoreskan luka yang begitu dalam di hati
Amir. Luka itu tidak akan pernah benar-benar sembuh dan hanya waktu yang akan bisa
menjawabnya.
- The
End -
Achmad Fahad, lahir di Jombang 37 tahun silam dan menyukai dunia literasi. Saat ini sedang serius menekuni dunia tulis-menulis supaya dapat menghasilkan karya-karya tulis yang bisa dinikmati oleh semua kalangan. Cerpen yang berjudul “Cintaku Bertepuk Sebelah Tangan” merupakan salah satu karya saya. Bagi para pembaca yang memiliki ulasan atau kritik bisa disampaikan melalui akun media sosial saya. Karena kritik dan masukan akan sangat berguna bagi saya untuk bisa menghasilkan karya yang lebih baik lagi. Facebook: frankjiib . Instagram: frankji
Tulis Pendapat Anda 0 comments
EmoticonEmoticon