literasikalbar.com - Nandy Pratama menyajikan puisi yang bermajas sehingga menghidupkan puisi saat dibaca. Selain itu, penulis menyajikan beberapa kosakata yang tak biasa.
Sajak Nandy Pratama Berjalan dalam Takdir
"Aku sering membayangkan Tuhan di atas langit kamarku. Aku sering menyebut nama-Mu di dalam basahnya mataku"
Aku Kembali
Malam tenggelam dihempas ombak lautan
Terjerat pada mata yang berkeliaran
Rasa kini menjadi ilusi terombang-ambing bak sebuah peta yang menggila
Aku menangis digenggaman rembulan dengan ribuan tanda tanya ;
Tentang bagaimana bentuk surga itu?
dan dalam kata yang kurangkai ada lamunan yang menghiasi malamku !!!
Aku ingin menjadi sabda pertama-Mu
Dengan cinta yang tak terhingga
Dengan syair yang merindu-rindu
Tabir pun mulai terbuka, berharap puisi melahirkan makna
Bukankah semut, cacing dan belatung menciptakan luapan-luapan kecil yang bersinambung?
Memegang semua kendali
dan siapakah yang menciptakan itu?
Yang memanggil-manggil diri-Nya dalam doa
Capit kedua sayapku, memegang kaki yang tergeletak di bawah lantai
Dengan tumpah ruah cerita merebah; meminta setiap nyawa
Aku ingin memisahkan tubuhku dari bumi
Agar kelak dosa tak menatap sinusnya pintu surga
Kulihat hujan terkupas menjadi hening
dan malam menata kembali jalur lampu kota
Aku sering membayangkan Tuhan di atas langit kamarku
Aku sering menyebut nama-Mu di dalam basahnya mataku
Aku ingin terbang dari inang-inang yang menghalangi langkahku menuju rumah-Mu
Ternate, 17 Oktober 2020
Baca Juga : Penulis Kalbar Pay Jarot Sujarwo Sepok Bukan Kampungan
***
Tuhan dan Aku
Kuresapi suara adzan yang bergemuruh.
Menyimpan banyak nama yang melebur dalam pena
ada tanya yang bermuara di atas bantal, menyanyikan setiap detik ;
Aku laksana puisi diantara ribuan duri yang menancap menyembunyikan padam juga malu.
Tuhan pada senyuman-Mu lah setiap sujudku bergetar
Aku pernah tersentak pada kenyataan yang membuatku gugur
Pada luka yang cukup dalam ;
dan penyesalan yang merenggut nyawaku
Pada tangis yang membahasa
Membawa jutaan sesak yang tak kian sembuh !
Malamku terpejam saat kuingat nama-Mu
Memetik bulan di puncak
Mendaki kata, mengalir sunyi yang terisak
Mengetuk dentum, mengarungi hidup di lautan yang baru
Surabaya, 14 Maret 2019
Baca Juga : Lomba Menulis Cerpen, Puisi, dan Artikel Tahun 2022
***
Aku Berjalan dalam Takdir
Berjalan menulusuri ruang beku
Menerjang rasa takut
Dalam ilusi seram-kelam redup
Menanam kenangan yang telah kusut
Lirih, namun sungguh pedih disini
terus memaksa garis lengkung tergambar
Ia memahat, menuangkan cerita
Berlalu pergi lalu datang
Lekuk syair-Nya menghujani aksara
Seakan langit telah berjanji tak akan mengkudeta kalut !
Aku tak paham ketukan-ketukan takdir
Petikan-petikan yang telah lama terkurung
dalam kamar seperti penjara
Yang menikmati lara tanpa busana
Ternate, 14 Agustus 2019
***
Hamba
Kuterka sujud yang paling baik
Menunggu rembulan dalam kisah yang bergemuru
Harum bunga mencari-cari
Memisahkan jarak yang tak berkesudahan
Aku berdoa di antara siang dan malam
Meminta ampunan dalam maghlihai nafas
Puisi-puisiku mungkin adalah debu yang terlampau tua
Di pelupuk kata yang begitu lama
Tiada kita yang berjaya
Tiada raja yang paling kekal selain Dia
Pada nganga luka yang terdalam
Kuputar reka adegan yang mengerang nyeri
Merekah kabut dengan seisi kepala
Dalam tatkala semesta yang menjadi kita
Kubiarkan karunia bertahan lebih lama,
Menjadi langkah terakhir ;
Tanpa jeda aku pergi.
Surabaya, 12 November 2020
Baca Juga : Long Kiat Saudagar Melayu yang Cerdik
***
Serupa Paris
Di bawah menara Eiffel, langit telah berserakan kata-kata.
Aku mencari kehangatan yang biasa orang katakan
24 jam tanpa ditadang kaki ini melihat gemerlapnya kota Paris.
Ketika ucapan selamat datang menghadap lantang
Di kejauhan aku melihat rona gerimis menyimpan wajahMu
Tanpa kusadari kau menawarkan kesempatan kedua;
Puisi tentangMu adalah dekapan hangat yang memeluk sungai Sienne
Rinduku melayang melompati jarak
Meskipun menara ini tertutup kabut
Namun, megah rumahMu dapat kurasakan
bersama angin aku mencintaiMu tanpa ada sesal
Yang membuat bulan turun ke tanah....
Ternate, 12 Maret 2022
***
Pramugari
Ada seseorang membawa lilin
Mengetuk pintu minta dibukakan
Sedang aku menimbun ujung kaki hingga kepala di balik selimut
Rupanya kau tersenyum tak marah, frasa-frasaMu tertawa malu-malu
Melipat jarak bekerja seistimewa itu
Sesal kian memagari
Meretas runyam yang terobati
Menuju cemani petang
Bergaun corak yang hadir
Mungkinkah aku meledak, seperti menangis
Menatap luka menjelma layar ponsel
Untuk kesekian kalinya aku bertanya pada ibu
“ siapa yang merawatmu, siapa yang menjagamu ?”
Ingin rasanya aku melompat dari tempat tidur
Melihat hati ibu menjerit-jerit
Di antara buku yang bersembunyi : di lipatan-lipatan baju.
Aku hanya takut Tuhanku kalah dari tentara
Melepas vodka dan memberi ganja
Aku takut Tuhan akan memenjarakanku saat kuhisap selangkangan
Tuhan memang tak memiliki telinga
Tapi Tuhan ada dalam gelapnya jalanku
Ternate, 12 Juni 2020
Baca Juga : Sajak Yanuar Abdillah Setiadi dan Kepastian Tak Kunjung Tiba
***
Lekat Sampai Ujung
Kukutuk malam dengan beberapa kalimat
Menjulang tinggi dengan angka-angka yang mulai kusam.
Batin tertangkup pada memar yang sengaja menyembunyikan rapat-rapat
Aku dibuat lebam, agar genggamanmu lekat dan merapal sampai ujung
Sebelum langkah ini pulang
Dikeluarkannya kenang dan cinta ;
yang mengeringkan lidah
Membelai dengan malam
Lekas kutagih janji Tuhan
Disalah satu ada dan tiada
Menelisik duka dan air mata
Puja mengaum, menjelma di sudut kamar
Aku tak percaya, rintik yang seirama dengan kalimatku ;
Selaksa asa yang menawar getir...
Ternate, 14 Maret 2020
Nandy Pratama lahir pada tanggal 15 Februari 1997, beliau adalah seorang penyair dengan nama penanya Ternate di Ujung Pena. Giat menulis telah ditekuni sejak masih SMP baik itu yang berupa cerpen ataupun puisi. Beberapa prestasi yang pernah diraih diantaranya pernah menjadi juara 2 lomba cipta puisi, 50 penulis terbaik, 100 penulis termuda selain itu beliau juga telah menulis 2 buah buku puisi yang berjudul “Terjebak Puisi dan Ina”. Pada tahun 2019-2022 beliau juga berkesempatan menjadi juri lomba cipta dan baca puisi yang diadakan secara online.
Tulis Pendapat Anda 0 comments
EmoticonEmoticon