literasikalbar.com - Septiadi Gunawan memilih sudut pandang aku sebagai pemuisi. Terasa puisi merupakan pengalaman penulisnya. Namun, belum tentu juga. Sajian puisi Septiadi Gunawaan mengahak kita mneyelamai makna puisi dengan sudut pandang keakuannya.
Sajak Septiadi Gunawan Kepada Patah Hati Pic Pixabay |
Sajak Septiadi Gunawan Kepada Patah Hati
"Beberapa hal memaksa kita untuk berjuang dan bertahan"
Kita Usai Sebab Keegoan
Suatu hari tanganku pernah kuat
Sebab di genggam tanganmu
Suatu pagi tanganku menjadi rapuh
Sebab mendengar kabar kau menduakanku
Maaf,
Aku sering membuatmu menangis
Maaf,
Aku selalu egois dan tak mau selalu disalahkan
***
Seperti Apa Lagi
Seperti judul lagu Amigdala
Kukira kau rumah
Ternyata kau hanya tempat singgah
Seperti puisi Pak Sapardi
Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni
Kecuali diri ini yang perasaannya selalu kau bohongi berkali-kali
Seperti buku Garis Waktu karya Fiersa Besari
Bahwa kita akan menemukan seseorang
yang akan mengubah hidupmu untuk selamanya
Sayangnya kau berubah sebelum status aku dan kamu menjadi kita
***
Baca Juga : Puisi Jadi Diri Sendiri
Kepada Patah Hati yang Tak Diinginkan
Kala malam tiba dan kecanggungan hadir
Aku lebih suka memainkan gawai
Tanpa saling berbalas pesan
Mencari yang sedang trending
Memutar video-video
Kemudian melihat komentar-komentar
Di sana…
Aku temui banyak sekali permasalahan
Tentang bahagia, tawa, sedih dan luka
Kubaca satu persatu komentar mereka
Tak disangka aku terlarut dalam ceritanya
Yang aku amini dalam sela-sela membaca
Adalah…
Aku tidak mengamini masalah yang membuat seseorang patah
Setelahnya aku mulai membanyangkan
Seberapa hebat patah
Bila itu terjadi pada kita
***
Bagaimana?
Penah sekali, kita bangun terlalu pagi
Sekedar ingin mengucapkan selamat pagi pada orang terkasih
Pernah juga kita pura-pura lupa hari bahagia
seseorang yang kita sayangi
Hanya karena kita ingin memberi kejutan
Tapi…
Kita selalu ingin agar ia lakukan hal yang sama pada kita
Pura-pura lupa hari bahagia
Kemudian datang tiba-tiba memberi hadiah
Iya…
Jika apa yang kita inginkan
terjadi sesuai yang kita rencanakan
Tapi..
Apa jadinya yang kita inginkan
Malah menjadi hari kesedihan?
***
Baca Juga : Puisi Cahaya Malam pada Ayah
Kehilangan
Beberapa hal memaksa kita
untuk berjuang dan bertahan
Tapi…
beberapa hal yang lain tidak
Belajar untuk mempertahankan itu harus
Tapi…
Kita juga harus siap
jika suatu hari harus merasa kehilangan
Septiadi Gunawan adalah seorang lelaki kelahiran 25 September 2001 yang besar didaerah lewatnya garis khatulistiwa. Ia sadar bahwa kita semua akan mati tetapi tulisan-tulisan akan tetap abadi, maka dari itulah ia menulis.
Laman Literasi Kalbar menerima tulisan berupa puisi, cerpen, resensi, & opini. Silakan kirim ke literasikalbar@gmail.com
Ketentuan tulisan bisa baca di Kirim Tulisan
Tulis Pendapat Anda 0 comments
EmoticonEmoticon