literasikalbar.com - Wendy Lim menyajikan puisi panjang yang memaparkan suatu perihal dengan bertebaran metafora.
Sajak Wendy Lim dan Hadiah dari Langit Neraka pic pixabay |
Sajak Wendy Lim dan Hadiah dari Langit Neraka
"Ketika manusia tidak mampu mengerti dan menghargai, Tuhan tetap tabah mendengar suara hati kita semua." ~ Wendy Lim ~
Di Atas Tangga Buku
Di atas tangga buku itu aku menantimu dengan sabar
Aku berdoa semoga kau masih seperti yang dulu
Dengan mata menyala dan mulut haus pengetahuan
Seperti setiap keringat yang keluar untuk setumpuk buku
Tapi maaf, aku memang harus membohongimu waktu itu
Seperti jendela yang terbuka menghampar taman bunga
Kita telah berjanji untuk menyusuri jalanan warna-warni
Mandi di sungai bersih yang memantulkan cahaya murni
Aku berbohong agar kau tetap mempertahankan dirimu
Ketika kita akan berjalan di padang abu yang sesak
Menyusuri kota yang dibelah tangan dan mulut gempal
Dan mendengar isak tangis yang menetes dari dalam diri
Di atas tangga buku itu aku menantimu dengan sabar
Aku berdoa semoga kau masih seperti yang dulu
Seperti Tuhan yang bermukim di setiap halaman buku
Aku pun percaya kau yang membacanya telah diberkati
***
Neraka
Aku menyaksikan matahari lebur ke rongga sunyi yang dalam
Seolah cahayanya menangis dan berusaha menggapai angkasa
Kudengar lidah senja berbunyi mendengungkan isak cahaya
Dan kumaknai sebagai permohonan terakhir yang putus asa
Di tanah yang temaram ini aku mengubur seluruh pakaianku
Sehingga aku telanjang di hadapan mata Tuhan yang berkuasa
Sudah tak ada lagi rahasia yang bisa disembunyikan tubuhku
Dari mata kepala yang padam hingga kelamin yang kempis
Dengki dan dendam telah menjadi sepasang nisan tua bobrok
Yang terpaut ke dalam punggung hingga menancap tulangku
Diriku adalah sebuah makam yang berjalan dan bernafas
Dan di dalamku ada jasad doa-doa yang dikubur kegelapan
Tiba-tiba saja mataku mengalir cairan darah para kekasihku
Tiba-tiba saja telingaku mendengar jerit tangis ibu dan ayahku
Aku pun sekarat oleh tikaman airmata yang amat tajam
Dan malam abadi yang akan mengunyah tubuh dan jiwaku
***
Hadiah dari Langit
Suatu ketika bulan jatuh dan terbenam di mata indahmu
Hingga tubuhmu memancarkan kilapan debu angkasa
Kau bilang itu tanda bahwa Tuhan sangat menyayangimu
dan memberimu hadiah dari langit yang setinggi surga
Ramai orang yang datang mencongkel biji bola matamu
Ramai orang yang datang menjilati potongan tubuhmu
Bulan yang indah telah menjadi mainan nafsu kelamin
Lalu mereka setubuhi sisa-sisa daging bersimbah darah
Hadiah dari langit adalah pemberian sia-sia dari surga
Sebab kita hanya mengerti berahi keindahan yang hina
Hadiah dari langit adalah kutukan bagi kaum manusia
Sebab kita tidak paham rahasia ilahi dari Yang Kuasa
Aku bersumpah, akan kuberi kematian dan kengerian
Basah airmata di wajah ini akan kuubah menjadi darah
Dan pada saat itu sosokmu akan menjadi arah petunjuk
Ketika aku mengarungi sungai merah penuh tengkorak
***
Ayat Doa
Sebab ayat-ayat doa adalah bunga api yang bermekaran
Di saat Yang Kuasa dipanggil dengan ledak dan pecahan
Ketika rumah ibadah dilahap dalam amarah yang buta
Dan Tuhan menguap bersama darah yang naik ke surga
Sebab ayat-ayat doa adalah mayat yang bergelimpangan
Di saat Yang Kuasa dipanggil dengan parang dan pisau
Ketika ibadah memanggil Tuhan di malam jahanam
Dan Tuhan mendatangi kita bersama kematian baik
Sebab ayat-ayat doa adalah nyanyian perang haus nafsu
Di saat Yang Kuasa dipanggil dalam teriak kemenangan
Ketika darah bercucuran menjadi hujan airmata di surga
Dan Tuhan menyeka wajahnya yang selalu cair basah
Sebab ayat-ayat doa adalah kebencian dan ketakutan
Di saat Yang Kuasa dipanggil dalam ragam suara
Ketika manusia tidak mampu mengerti dan menghargai
Dan Tuhan tetap tabah mendengar suara hati kita semua
***
Khotbah Ular Berbisa
Berhati-hatilah, ular berbisa itu tinggal di tanah subur
Tanah yang diberkati dengan kesucian dan puja-puji
Setelah sebelumnya ia menelan sobekan kitab suci
Lalu ia membungkus kulitnya dengan ayat-ayat putih
Ia berdoa dan suaranya meniru surga yang dilapis madu
Tetapi manisnya ada racun yang membuat mabuk jiwa
Ia berkhotbah dengan terang bagai api bersihkan diri
Tetapi kata-katanya membakar semangat hingga sesat
Setelah sebelumnya kata-kata menjadi belukar indah
Yang tumbuh liar di halaman rumah kemegahan Tuhan
Bahkan melukai para umat yang datang untuk berdoa
Oleh tajamnya lidah khotbah di gerbang menuju surga
Ular itu tidak pernah disingkirkan walau bikin susah
Dan rendah hati padanya membuatnya makin pongah
Meskipun di antara gema doa yang mengepalkan api
Keselamatan hanyalah bahtera jiwa untuknya sendiri
***
Dari Negeri Buku
Pertama-tama, aku ingin menyampaikan rasa kagum
Ketika dulu kau berhasil menjaring cahaya dari jendela
Dan menangkap bayangan dirimu sendiri di cermin
Hingga jiwamu berpetualang selagi kau berpakaian
“Sebab kata-kata adalah doa, maka aku bersumpah
Aku ingin jadi pengembara di belantara pikiran
Dan kuingin jiwaku liar, seliar buku-buku acak
Yang menumpuk tak ditata rapi di sudut kamarku.”
Tapi kini kau telah pulang melaut dari negeri buku
Dalam kondisi mabuk dan sering muntah pikiran asing
Bahkan kakimu yang setia melangkah bersama iman
Telah goyah sejak kau mengenakan sepatu para ilmuwan
Sebab kata-kata adalah doa, maka aku berbisik dari hati
Kepada telinga kecilmu ketika kau tidur di ranjang buku
“Kuingin jiwaku tenang, setenang para pustakawan
Mengembalikan buku-buku menuju rak di tempatnya.”
Wendy Lim lahir tanggal 10 Juni 1996 di Pontianak adalah seorang mahasiswa di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2016 dengan jurusan S1 Sastra Indonesia. Pada tahun 2020 Wendy Lim kembali kuliah di Universitas Widya Dharma Pontianak dengan jurusan D3 Bahasa Inggris. Salah satu buku puisinya adalah “Pilu Memilu Aku Berlagu” yang diterbitkan Enggang Media pada akhir tahun 2021. IG: @amuk_angan
Berkaitan dengan isi tulisan sepenuhnya tanggung jawab penulis. Literasi Kalbar sebagai wadah kreativitas berliterasi baca tulis.
Literasi Kalbar menerima tulisan berupa puisi, cerpen, resensi, & opini. Silakan kirim ke literasikalbar@gmail.com
Ketentuan tulisan bisa baca di Kirim Tulisan
Tulis Pendapat Anda 0 comments
EmoticonEmoticon