literasikalbar.com - Riska Widiana menjelma apa saja sesuai keinginannya dalam menyampaikan perasaan pada puisi yang ditulis. Ia kadang menjadi bangku, menjadi sebuah kertas, dan menjadi seorang anak yang mewakili perasaan untuk maksud dan makna tertentu.
Sajak Riska Widiana Pic Pixabay |
Sajak Riska Widiana dan Surga Selain di Surga
"Tempat terindah paling nyata adalah ibu"
Jalan Pulang
Lampu di kota kita telah padam
Lalu masing-masing pulang
Mengemas kenangan yang redam
Membawa pergi di jalan panjang
Penuh duri
Hujan di mana-mana
Kekecewaan menyambar-nyambar
Di tengah lampu yang padam
Di langit guntur menggelegar
Memecah sekeping hati yang retak
Riau, 2021
***
Siklus yang Nyata
Serupa kemarau mencuri musim semi
Bunga gugur dan tumbuhan mati
Kesedihan menjelma api
Membakar tawa yang mekar
Pada bibir tegar
Lalu bahagia datang menjelma bianglala
Meneteskan embun
Ke hati yang murung
Duka adalah perjanjian
Jika sedih usai maka setelahnya kebahagiaan
Adalah siklus paling nyata
Riau, 2021
***
Surga Selain di Surga
Seluruh peluknya adalah rumah
Matanya adalah payung peneduh
Serta seluruh kasihnya adalah singgasana
Doa dan air matanya
Lebih suci dari zamrud dan permata
Sumber kekuatan
Dari cita-cita yang bertunas
Serta pengetuk langit paling bergetar
Doa-doanya menembus langit
Tanpa celah
Membelah kemustahilan
Keikhlasannya adalah istana
Tempat terindah paling nyata
Selain surga Lillahi Ta ala
Ia adalah ibu
Riau, 2021
***
Sebuah Kertas yang Terbuang
Sebuah pena
Memuntahkan kata-kata
Ke kertas putih yang lugu
Dengan bermacam rasa
Berkeluh kesah
Di atas tubuhnya yang kosong
Suasana hati yang bermusim
Berjelaga pada kertas tanpa bicara
Ia tak pernah menolak
Serta menghapus sajak beranak pinak
Meski pada akhirnya
Diremas sebagai pelampiasan rasa
Lalu dibuang percuma
Sekali lagi ia tak pernah bicara apa-apa
Meski harus lenyap bersama hujan
Sedangkan seluruh duka cita
Bersahabat di dalamnya
Riau, 2021
***
Bangku yang Dingin
Adakah yang lebih tabah
Dari pada sebuah kursi taman itu
Bermusim menahan dingin
Dari perubahan cuaca
Di sana, ada sebuah kenangan tua
Mungkin telah berumur tegar
Setegar karat pada pagar besi
Meski pada akhirnya keropos seperti gigi
Bukan aku lagi menanti
Masih ada harapan mewakili
Terkadang duduk serupa aku
Tak mengenal siang ataupun malam
Terluntang lantung dalam sunyi
Adakah yang lebih tabah dari bangku itu
Kesedihan kian ngilu
Hujan dan panas telah berlalu
Sedangkan aku
Menjadi sepasang mata yang sendu
Pada sebuah jendela kayu
Berbingkai kaca
Gerimis jatuh berkali-kali
Riau, 2021
Riska widiana, berdomisili di Riau kabupaten Indragiri hilir. Aktif menulis sejak tahun 2020 hingga sekarang, karyanya pernah tergabung ke dalam media cetak ataupun media online. Kini tergabung ke dalam komunitas menulis yaitu kepul ( kelas puisi alit) dan kelas menulis bagi pemula. Alamat email tembilahanriska@gmail.com facebook. Riska widiana dan instagram riskawidiana97
Berkaitan dengan isi tulisan sepenuhnya tanggung jawab penulis. Literasi Kalbar sebagai wadah kreativitas berliterasi baca tulis.
Literasi Kalbar menerima tulisan berupa puisi, cerpen, resensi, & opini. Silakan kirim ke literasikalbar@gmail.com
Ketentuan tulisan bisa baca di Kirim Tulisan
Tulis Pendapat Anda 0 comments
EmoticonEmoticon