literasikalbar.com - Ratih pandai memoles perasaan menjadi rangkaian puisi yang apik. Puisi yang bukan sekadar ungkapan perasaan tetapi ada pesan yang terkandung. Selain perasaan Ratih memasukkan diksi yang berkaitan dengan alam dan kehidupan.
Puisi ratih wahyuningsih pic pixabay |
Sajak Ratih Wahyuningsih dalam Definisi Rindu Senja
"Terus kupacu langkah meski kadang terengah. Memburu ribuan mimpi tiada kenal lelah."
Suatu Sore Selepas Hujan
Duduk bersamamu melepas penat
Merangkai cinta berkawan secangkir teh hangat
Saat derai gerimis turun sore itu
Tanah kering, ranum basah mencair
Seribu warna pelangi turun ke bumi
Bersama kepak sayap bidadari
Memberi warna panorama indahnya langit
Gerimis mulai reda
Pada senja; maha sempurna
Alam sujud tafakur dalam syukur
Selaksa doa puja terpanjat
Seribu puji terangkai suci
Selaras kidung senja mengalun menyemai asa
Menabur benih
Kabut abu menopang senja merayap
Selaras waktu berganti gelap
Khayal buyar menepis jejak
Di ujung senja, kau dan aku terpahat.
Bekasi : 12.09.19
Baca Juga: Puisi Masa Lalu dan Lara
***
Definisi Rindu
Desau angin senja lirih, sendu
Menyentuh tajam ujung daun bambu
Mengetuk sisi hati berderit pilu
Kusematkan pada kelip bintang
Sebaris larik manis yang sengaja kurangkai
Kutitipkan pada merahnya rembulan
Seribu puja selaksa doa kupanjat
Dibelah jarimu segenggam janji kuat terikat
Kusematkan seikat kembang
Untuk kau jaga di setiap harinya
.
Dalam bentangan langit kembali kulukis wajahmu
Meski hanya siluet hitam bercampur kabut abu
Aku berlari dari kisi hatiku sendiri
Mengusir ingat dahsyat meluap
Serpihan rindu telah menjadi candu
Memahat palung hati sisakan nyeri
Diamku lara netraku nanar sarat bara
Membakar atma
Rindu tinggal definisi
Terbungkus rapi
Kusematkan pada hijaunya daun
Luruh jatuh bersama bening embun
Kembali hatiku pada-Mu
Sang pemberi rindu
Bekasi: 10.02.2
Baca Juga : Puisi Alam Vadilah Anggraeni
***
Nak Rantau
Lebih dari dua dasawarsa kutinggalkan
Kampung berpagar gunung,
Sungai bening deras mengalir
Tempat angin berhembus begitu sejuk,
Udara segar bersih
Gelak canda sanak saudara
Berbagi cerita sehari-hari
Wangi bunga liar di rimbun semak
Lenguh kerbau dalam balutan lumpur sawah
Hamparan hijau padi
Menabur selaksa rindu di setiap hari
Jauh di rantau kusemai harap, rembulan jatuh dalam dekap
Terang bias mentari hinggap dalam pelukan
Terus kupacu langkah meski kadang terengah
Memburu ribuan mimpi tiada kenal lelah
Samsi tersenyum lembut menatap di sela waktu
Rembulan merah jambu jadi saksi bisu
Setiap aku kembali pada rangkulmu
Menopang segenap rindu
Peluk mesra kerabat terasa begitu hangat
Memahat rasa cinta erat mengikat
Satu waktu aku kan kembali
Dan tak’kan pergi lagi
Menepi sendiri di sudut bumi
Bekasi : 20.01.2020
***
Puja Senja
Akulah pengagum senja
Ranum memerah menabur selaksa warna
Raut langit memutih abu melukis bilur perak
Serpihan awan terserak, berarak melukis langit
Sang fajar penjaga hari
Redup cahayanya merajuk hati
Hantar pulang setiap derap kaki
Akulah penikmat senja
Setia di gerbang gelap
Kala satwa hening memuja
Nyaring seruan takbir memanggil
Selaksa kepala sujud tafakur merunduk
Digerbang-Mu aku merajuk
Menghiba atas segala cela kian tebal menjelaga
Akulah pengagum senja
Di gerbangmu aku merajuk dengan segala pinta
Bekasi: 22.01.2020
Baca Juga : Cerpen Musim Ngayau Noor Fadillah
***
Karena Kucinta
Tak mengapa kudiam di sini, bercumbu dengan ribuan mimpi.
Menanti tanpa kata pasti
Di jeda mimpi terdampar dalam nyata, kembali menuai perih
Mengulum kilap tajam belati
Tak tahu lagi bentang putih bumantara, atau hijaunya jenggala.
Lama hanyut dalam kubang luka
Tak mengapa kuberdiri di sini,
Menantang sengat terik mentari yang kerap tajam menguliti.
Melintas gerimis memintas deras, hingga menembus badai
Menopang kelam kala rembulan tiada, kerlip gemintang pun entah kemana.
Dirajam mesra gulita, bersenggama dengan larik asa.
Lengkung pelangi singgah di bahu mimpi
Biarkanku di sini, sembunyi diri di balik semak perdu, mengupas buih-buih rindu
Mengenangmu adalah santapan pilu, yang terus kutelan tanpa kurun waktu
Entah didetik yang mana? Aku berhenti menyakiti diri,
Hingga wajah manismu lalu terganti.
Bekasi: 11.06.2021
***
Ratih Wahyuningsih tinggal di Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Ratih Guru di SMPN 1 Setu Kabupaten Bekasi untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia serta Dosen di Kampus IV Universitas Pancasakti, anggota aktif dari HPAI Kab. Bekasi. Tergabung menjadi anggota dari KPPBR ( Komunitas Pendidik Penulis Bekasi Raya). Torehan karya sastra berupa antologi puisi dan cerpen. Kontak Ratih di facebook Ratih Wahyuningsih atau instagram ratihningsih 10
Berkaitan dengan isi tulisan sepenuhnya tanggung jawab penulis. Literasi Kalbar sebagai wadah kreativitas berliterasi baca tulis.
Laman Literasi Kalbar menerima tulisan berupa puisi, cerpen, resensi, & opini. Silakan kirim ke literasikalbar@gmail.com
Ketentuan tulisan bisa baca di Kirim Tulisan
Tulis Pendapat Anda 0 comments
EmoticonEmoticon