literasikalbar.com - Zidny Hidayat dengan sajaknya menyampaikan rasa yang dialami. Sajak dengan sudut pandang aku lebih mengena dan menyatakan ekspresi diri. Pembaca menjadi terbawa dalam hal tersebut.
Puisi Zidny Hidayat Mawar Tuhan pic pixabay |
Sajak-Sajak Zidny Hidayat dan Mawar Tuhan
"Mekar dan mekarlah, kembang dan kembanglah, harum dan harumlah sebelum layu dan menyatu dengan tanah."
Aku Percaya
Aku percaya, suatu saat
senyum hangat merekah lagi ditiap perjumpaan
jabat tangan bukan lagi pantangan
pelukan erat mengikat sukma
jiwa-jiwa saling merangkul satu dengan yang lainnya
saat itu pula, masker beralih menutup keangkuhan
sanitizer mensterilisasikan segala prasangka.
Biarlah mulut-mulut menebar kesejukan, tangan-tangan memeluk kebersahajaan, dan pertemuan mendonor kebahagiaan.
aku percaya, tak lama lagi
di mana saja. Di pelosok hingga metropolitan.
Tidak ada lagi ketakukan.
Seseorang dengan gagah teriak "Sudah, tidak ada lagi bencana. Percayalah saudara-saudara!, tidak ada yang mematikan, kecuali yang menghidupkan".
saat itu juga, hujan singgah membelai petani,
memandikan mimpi-mimpi, dan rona pelangi merias sanubari.
aku percaya, sebentar lagi
mimpi akan matang, cinta siap disajikan
aku menanak lara, kau menumis asa
kita makan keprihatinan yang sudah kita panggang suntuk semalam
lalu kita bersulang
aku menyeduh bulan, kau meminum bintang-bintang
kita teguk kekalutan yang sudah mendidih dalam ingatan
aku percaya, saat ini dan selamanya
cinta adalah kebenaran yang perkasa
cinta jua lah yang kan memerdekakan kita dari berbagai nestapa.
Jakarta, 2021
***
Ghosting
:mengenang kepergian Ir. Ari Selo Hartanto
Didepan piano tua-mu,
aku berdebat dengan isi kepalaku.
Mana yang lebih genting?
denting pianoku,
atau hening kepergianmu?
Jakarta, 2021
Baca Juga : Puisi Yeni Maulidah & Secangkir Kopi di Dalam Jas
***
Mawar Tuhan
Tak peduli berapa banyak duri menancap di batangnya.
Tugas mawar adalah mekar, merekah, dan menebar keharuman.
Dan engkau, kekasih, kau adalah mawar tuhan: sumber keindahan.
Jangan pedulikan duri-duri di sekelilingmu. Mekar dan mekarlah, kembang dan kembanglah, harum dan harumlah,
sebelum layu dan menyatu dengan tanah.
Jakarta, 2021
***
Mudik
Aku ingin mudik ke kampung halaman, dimana tidak ada lagi kesedihan
Kan ku hirup dalam-dalam aroma kebahagiaan yang merekah di sepanjang perjalanan
Aku rela panas-panasan di jalan
hingga tubuhku basah kuyup oleh kenangan
Aku ingin pulang ke palung, ke dasar paling relung
Dimana seluruh kenangan terkurung didalam kiraban sarung
Masa kecilku dulu gemar mengamati mendung
Sambil menghayal tentang masa depan, cita-cita, dan angan yang tak tertampung
Betapa mengingatnya lagi membuat rinduku semakin tak terbendung
Aku ingin kembali dan tinggal bersama ibu
Menyaksikan senyum manisnya menghiasi hari-hariku
Aku ingin melihat ibu tetap muda seperti dahulu
Yang tangguh menghidupiku seorang diri.
Aku ingin pulang, Bu
Aku rindu
2020
Baca Juga: Puisi Arham Wiratama Memeluk Rindu
***
Pantai Muarareja
Di laut
Rinduku terpaut
Pada wajah yang imut
Pada kelopak mata yang ciut
Pada ciuman yang kecut
Ndut,
Cintaku ke kamu tak kan surut
Bahkan ketika nadi tak lagi berdenyut
Dipantai
Segala tentangmu terurai
Rinduku tak pernah selesai
Mungkin karena di hati, wajahmu telah terbingkai
Hingga baru kusadari ternyata tanpamu aku lunglai
Di antara butiran pasir
Rinduku berdesir
Sebab, namamu telah terukir
Di hati para penyair
di hati nan getir
Ndut,
Cintaku ke kamu tak akan berakhir
Bahkan ketika darah tak lagi mengalir
Di Muarareja
Segala rindu kueja
Segala kenang kubaca
Segala tentangmu kutancap
Dalam dada
Hingga namamu abadi memenuhi seisi dada
Ndut,
Cintaku tertinggal di Muarareja
Di pantai utara pulau Jawa
Tegal, 2020
Zidny Hidayat, pria kelahiran Tegal 30 Oktober 1998 yang saat ini bekerja di salah satu perusahaan jasa di ibukota. Sapa saya di sosial media, instagram: @zidny_nhyz, dan facebook: Zidny hidayat.
Laman Literasi Kalbar menerima tulisan berupa puisi, cerpen, resensi, & opini. Silakan kirim ke literasikalbar@gmail.com
Ketentuan tulisan bisa baca di Kirim Tulisan
Tulis Pendapat Anda 0 comments
EmoticonEmoticon