literasikalbar.com - Sajak-sajak Melda Maritza dan ujung perpisahan sangat asik untuk dibaca saat bahagia dan gundah. Sajak yang berkutat dengan rasa kehilangan, kegalauan dan kenangan diracik Melda dengan susunan diksi yang sangat diperhitungkan sehingga pembaca melahap dengan ringan puisinya.
Puisi melda maritza pic pixabay |
Sajak-Sajak Melda Maritza dan Ujung Perpisahan
“Takdir tak pernah salah dalam berperan, walau pada akhirnya harapan tak berujung kepastian”
Pergi yang Tak Diharapkan
Di dalam kalbu yang dikelumuni rindu,
aku menelusuri setiap kenangan bersamamu,
kudapati sebuah album yang sudah lusuh,
tentang jejakmu yang telah hilang dariku.
Hati kecilku seakan tersendu,
saat membuka lembaran cerita tentang hidupmu,
terbayang lukisan senyum di wajahmu,
yang membuat diri ini terus tuk merindu.
Aku tak tahu, sampai kapan diri terus bernostalgia,
memilih diam menahan lara,
menjadikannya sendu berujung pada renjana,
menyayat sembilu menggiring pada jurang nestapa.
Semua kini hanya tinggal kenangan,
seolah dunia ingin mengatakan;
bahwa setiap pertemuan, pasti ada perpisahan,
dan semua yang ada, akan pergi meninggalkan
***
Meninggalkanmu
Meninggalkanmu artinya adalah rindu
Berselindung dalam ruang yang tak siapa tahu
Merangkai syair-syair penuh haru biru
Harap sebuah pelukan hangatkan kalbu
Meninggalkanmu ciptakan kisah sendu
Bagai awan hitam berarak beriringan
Terbawa bayu menuju akhir penantian
Sempurnakan kelam dalam genggaman masa lalu
Meninggalkanmu sejatinya perlu
Kapal berlayar rindukan nakhoda
Lempar sauh akan tiba masanya
Itulah akhir dari tunggu, untuk selamanya
***
Ujung Perpisahan
Kita adalah sepasang masa lalu yang tak perlu disesali
Sang waktu takkan mungkin terulang kembali
Terjepit dalam ruang sepi yang menjadi pilu
Hingga kenangan bertumpuk menjadi debu
Terbelenggu pada suatu harapan yang tak bertujuan
Untuk apa? Membuat sebuah kebahagiaan jika tak ingin bertahan
Reruntuhan air mata diundang oleh segores luka
Bahkan hati pun tak bisa kembali seperti semula
Sirna sudah setelah kepergianmu menghapus semua rasa
Kini kau dan aku tak saling tegur sapa
Bak bulan dan bintang di angkasa
Egois untuk memiliki hingga akhirnya kehilangan yang mengakhiri
Takdir tak pernah salah dalam berperan
Walau pada akhirnya harapan tak berujung kepastian
Raga memaksa untuk meninggalkan
Hati berpisah untuk mencari kebahagiaan
***
Rasa yang Telah Hilang
Tersebar namamu dalam bait ku
Bait doa yang ku lurus kan padamu
Kata terucap terselip doa untukmu
Doa tak luput dari sajakmu
Kini ku pertaruhkan rasaku
Saat rasamu meluruh tak ada jejak ku
Berlari tanpa membawaku
Meninggalkan perih yang kian menyendu
Rasa ini terlalu menipu
Tak sedikit memberikan waktu
Untuk ku terus bersamamu
Hingga jejak mu
Meninggalkan masa lalu pilu
***
Akhir
Tidak perlu menangis
Ini bukan titik akhir
Tidak semuanya tentang air mata
Tidak harus tentang meninggalkan dan ditinggalkan
Polemik hidupmu sungguh mencengangkan
Akhirnya kau mati berdiri
Jantungmu pagi itu kembali berpamit
Katamu kau ingin menjemput keabadian
Keabadian yang seperti apa lagi
Resapi saja nikmat kesebentaran ini
Paling tidak ia hanya hilang untuk sementara
Simpan saja kesebentaran itu
Mungkin saja ia kelak akan bersalam di pintu hatimu
Hanya mungkin, anggap saja itu nyata
Melda Maritza Permana, Wanita kelahiran 2005 yang saat ini tinggal di Cileungsi, Bogor. Beberapa puisi serta cerpen karyanya sering diikuti perlombaan dan program pembukuan. Dan saat ini tengah fokus menulis buku inisial “2T” yang akan diterbitkan di gramedia. Rasa Syukur selalu terucap olehnya karena telah disadarkan oleh Allah SWT atas bakatnya di bidang kepenulisan di umur yang masih muda. Itu semua berkat kerja keras dan keberanian yang membuatnya bisa terus mengabdi pada sastra. Hubungi instagram: @meldamrtza_
Laman Literasi Kalbar menerima tulisan berupa puisi, cerpen, resensi & opini. Silakan kirim ke literasikalbar@gmail.com
Ketentuan tulisan bisa baca di Kirim Tulisan
Tulis Pendapat Anda 0 comments
EmoticonEmoticon