literasikalbar.com - Sajak De Eka Putrakha dan sesuatu yang pergi biarkankah berlalu terbagi menjadi beberapa fragmen. Fragmen yang dibagi mengajak pembaca memahami tiap fragmen dan menghubungkannya. Ada tantangan dan keseruan sendiri bagi pembaca menghubungkan tiap fragmen, tiap bait, dan menghubungkan puisi di luar naskah.
Sajak De Eka Putrakha pic pixabay |
Sajak De Eka Putrakha dan Sesuatu yang Pergi Biarkanlah Berlalu
"berusaha merapikan kenangan, memilah untuk disimpan atau dibuang selamanya"
satu
seulas senyum masih ingin terpancar
dari wajah penuh kisah
: ada suka duka yang meraja
keduanya ingin menjadi paling terlihat
dari wajah penuh cerita-cerita
: ada masa lalu dan masa depan
keduanya ingin menjadi tunas dalam pikiran
seulas senyum masih tabah
sembari memendam bara dalam hati
ingin ia bawa berlari segala luka
membiarkannya mengering ditiup angin
kemudian membawa perih itu terbang
bersama asa yang mengangkasa
ia tidak menyukai air mata kesedihan
ia ingin merawat senyum sampai kapan pun
langkah perjalanannya akan menjadi kisah
baginya
bagi orang lain
yang mengharapkannya pergi
yang mengharapkannya kembali
: dan berdamai bersama kedua pilihan itu
dua
hatinya remuk redam kala impian musnah
hancur berserakan dan jemarinya tak berdaya
memungut kembali pecahan itu
sehimpun doa tak berkesudahan dirapal
meski lidah kelu berucap
“aku ingin pergi saja!”
membuang keduakaan selayaknya membuang diri
dari orang-orang yang melupakan kesedihannya
membawa pergi sebagaimana menjauhkan diri
dari orang-orang yang tidak ingin didekatinya
tiga
sementara meretas jalan
ia berusaha merapikan kenangan
memilah untuk disimpan atau dibuang selamanya
seperti perjalanannya kali ini
adalah sebuah pelarian seperti anggapan
orang-orang yang tidak ingin disebutkan nama
dan nama-nama itu akan tersimpan
dalam ingatan
walau tidak selayaknya dikenang selamanya
empat
terdengar cerita tentang seseorang yang tengah gundah hatinya
berjalan belajar merasakan pahitnya hidup
dari kata-kata orang, dari cela yang tidak bercelah
ia ingin pergi saja menjauh
sampai tiada lagi yang mencarinya
tersebutlah cerita tentang seseorang
yang tengah menguatkan hatinya
seringkali hingga berkali-kali
berjalan terus berlari meretas duri
dari setiap pijakan kaki
ia ingin kembali pulang
jika sekiranya menjadi jalan kepergian berikutnya
lima
hingga akkhirnya ia berjalan mengikuti kemauan hati
hingga akhirnya ia melangkah dengan kekuatan hati
tiada kemauan yang benar-benar ia turuti
: selain kata hati
tinggalah segala kegundahan
bisik hatinya sembari menguatkan pijakan langkah
jalannya masih panjang untuk ditempuh
jutaan asa beterbangan
terbawa angin mengangkasa
terbanglah dengan bebas! teriaknya
tinggalkan segara duka itu segera
enam
hari demi hari berlalu begitu cepat
: detik selalu mengejar
dan berlarilah sekencang-kencangnya
meninggalkan waktu yang berserakkan
tak usah dipungut mimpi-mimpi kelam
pada suatu ketika nanti
pulanglah jika memang waktunya kembali pulang
ceritakanlah segala pencarian itu
tanpa sedikit pun mengingat kepahitan
sebab dia telah pergi
sebab dia telah berlalu
seulas senyum tetap ingin terpancar
dari sesiapa yang mengharapkan kisah
: kembali diceritakan
bersama hati yang menyatakan
ia tetap kuat meskipun
pergi menjadikannya seorang pelarian
tujuh
ia tidak menggenapkan langkah pada hal-hal
ganjil yang berpusar pada anggapan
tujuannya telah ditempuh bercucuran peluh
keluh kesah telah dibuang sekian jauh
inilah jalan yang harus ditempuh
inilah asa yang mesti direngkuh
dia mencoba tidak mengingat hal-hal
kelam itu lagi dalam hidupnya
seperti membuyarkan mimpi buruk
dan terjaga saat pagi mengetuk
langkah kakiku bukan untuk mengais duri
batinnya sambil terus melangkah
sesuatu yang pergi biarkanlah berlalu
seumpama merelakan sakit sembilu
pengobatnya, melupakan segera sendu itu
carilah ...
jika suatu hari nanti ingin menanyakan kabarnya
carilah ...
jika suatu hari nanti membutuhkan cerita darinya
tapi ingat,
dia telah lebih dulu pergi
dari segala ingatan luka yang melukakan hatinya
: bertubi-tubi.
Bandung, 21-24 juli 2020
De Eka Putrakha menulis lebih dari 100 judul buku antologi juga di beberapa media cetak dan online. Buku puisi tunggalnya antara lain; Hikayat Sendiri (2018) dan Perayaan Kata-Kata (2019). Terpilih sebagai Pemenang 10 Resensi Terbaik “Resensi Buku Peringkat ASEAN 2020” anjuran Persatuan Penyair Malaysia. Profil lengkap dapat dibaca dalam buku “Ensiklopedi Penulis Indonesia jilid 6” FAM Indonesia.
Hubungi De Eka di Facebook: De Eka Putrakha, instagram: @deekaputrakha
Baca Juga :
Sajak-Sajak Sholikin dan Senandung Kapuas
Membeli Buku Sebuah Upaya Apresiasi
Laman Literasi Kalbar menerima tulisan berupa puisi, cerpen, resensi, dan opini literasi.
Silakan kirim tulisan via email literasikalbar@gmail.com
Ketentuan tulisan baca di Kirim Tulisan
Tulis Pendapat Anda 0 comments
EmoticonEmoticon