Sajak-Sajak Sholikin menggambarkan alam sekitarnya, dalam hal ini sungai Kapuas. Sayang sekali penulis yang mengetahui Sungai Kapuas kurang mengeksplorasi tentang itu. Namun puisi berikut ini patut dibaca dan menjadi renungan mengenai sungai Kapuas dan kehidupan dari sudut pandang penulis.
"kini bukan riuh riak gelombang, melainkan doa-doa yang selalu mengumandang"
Sajak-Sajak Sholikin, pic:pixabay.com |
Musim Kemarau di Sungai Kapuas
Di lepau-lepau tepi sungai
aku termangu
menatap air sungai Kapuas tak lagi mencium bibir daratan,
yang sepekan menyusut ke tengah.
Biduk tak lagi dikayuh, di mana tiap subuh berlabuh di tengah perairan;
menghamparkan harapan
Musim kemarau mengeringkan hati mereka
jiwa tak lagi basah,
wajah tak lagi terang direnggut musim kerontang
Dan kulihat airnya tak lagi menari-nari
yang kerap jadi penghibur anak-anak di kala senja melipat ke ufuk pulang
hingga menyambut malam
tak kudengar lagi riuh di bawah gubuk
sebagai pengantar bunga tidurku
kini bukan riuh riak gelombang
melainkan doa-doa yang selalu mengumandang
Kuala Dua, 2020
***
Mengasakan Kebahagiaan
Di dalam gubuk berpenampang papan
dan beratap rumbia.
Kebahagiaan bagaikan remang lampu bersama kasih ibu yang melumat kecemasan
pada tiap waktu yang kerap mengumandang
Serta angin yang kian menerpa
dan buah bibir nyalang mengiris telingaku
hatiku tegar! Terus berlari mencari pendar
cahaya langit
karena ada mimpi yang mengakar hingga terlilit di tangan-Nya
Sedari kecil kehidupanku dinaungi mega kelabu
Dihujani kegamangan; matahariku menyusuri tubir jurang
Hidup serupa ombak yang ingin bercumbu daratan
yang beraromakan wewangian Sang Tuan
Meski kehidupan merenggut senyumku
aku tak henti-hentinya berada di kelopak malam
sembari melantunkan kidung suci
berharap menggenggam langit biru nan abadi
Kuala Dua, 16 Oktober 2020
***
Senandung Sungai Kapuas
Di sinilah aku dilahirkan,
pada gubuk yang mengapung di atas riuh riak Sungai Kapuas
Airnya mengalir panjang membelah jantung Kota Pontianak
Serta menyimpan sejibun kisah nan syahdu
mengalirkan deras rindu jikalau jauh darimu
Tampak jelas, bersemayam wajahku pada genangan airnya
Ikan-ikan tampak riang kala riak menggiringnya
Keindahannya setia memanjakan mata
Mengusir lara kala bercengkerama di bibirnya.
Tiap senja hendak pulang,
aku s'lalu bercumbu padamu; mendendangkan syair-syair bersama belaian bayu
Kanak-kanak meluruhkan segala noda yang melekat di daksa
riang terpancarkan dari sudut wajahnya
Oh, Sungai Kapuas,
kehadiranmu memberikan napas pada setiap insan
airmu diminum menjelma embun dalam sanubari
Tak ada yang mampu aku lakukan selain menjagamu.
dari tangan-tangan setan yang kerap mengeruhkan bening airmu
Kubu Raya, 15 September 2020
***
Bara Juang Soedirman
Di negeri yang pernah kau pikul ini
perlahan mulai menaburkan aroma melati
terhidu larut dalam selaksa juang
yang pernah terpatri di dalam dadamu
Semangatmu serupa nyala api yang tak kunjung padam
walau dalam ragamu waktu kian memahat tulang-belulang,
tapi kau malah menjelma serigala,
menorehkan tajam kukumu bagi siapa yang merampas isi perut ibu pertiwi
kau selalu tegak di depan, karena di belakang bagimu adalah kekalahan
Oh... Pak Soedriman
Seperti mencari di padang ilalang
untuk menemukan juangmu di negeri yang pernah kau genggam
suaramu yang menggelegar
sorot matamu yang nyalang
daksamu yang tegap dan tegar
Pernah mengusir benalu dunia dan menggapai bintang
walau harus bermandikan darah
pun kau berpadu dengan tanah
namun, namamu tak hancur digilas zaman
Karena pucuk kemerdekaan dipetik bersama nyawamu yang melayang.
Kuala Dua, 2020
***
Menuju cinta-Nya
Terkadang hal yang membuatmu percaya akan adanya cinta,
perlahan malah menaburkan aroma luka.
Sejak saat itu aku memutar haluan hidup
menuju cinta-Nya yang tak pernah redup
merapal doa menadah penuh asa
agar s'lalu berada dalam naungan-Nya
KualaDua, 2020
***
Sholikin, lahir di Kubu Raya, Kalimantan Barat. Ia sangat mencintai dunia literasi. Sekarang aktif di Kelas Menulis Daring asuhan Muhammad Subhan. Buku Antologi bersamanya "Merindu Indonesia" (Berita Esok Hari) "Pupuk Malu" (Mandala Penerbit) "Never Give Up" (Jejak Publisher). Kritik dan saran sangat diharapkan bisa menghubungi di akun Instagram @likin666_FB Likin At Tamimi.
Laman Literasi Kalbar menerima tulisan berupa puisi, cerpen, resensi, & opini. Silakan kirim ke literasikalbar@gmail.com
Ketentuan tulisan bisa baca di Kirim Tulisan
Tulis Pendapat Anda 0 comments
EmoticonEmoticon