Sajak-Sajak Barokatus Jeh menggambarkan sesuatu hal secara gamblang yang terpampang pada judul puisi. Namun, pembaca diajak mencari makna dari suatu kata yang jarang didapati.
Mungkinkah kau sibuk menata niat, untuk bertemu denganku lagi
Sajak-Sajak Barokatus Jeh dan Altruisme, pic pixabay |
Apositia
Aku malas ke mana-mana, puisiku berceceran di mana-mana
Aku bingung untuk ke mana, sajakku sibuk mencari pintu ide di mana
Aku duduk seharian menghadap jendela, puisi dan sajakku berlarian di luar jendela
Aku sibuk menatap senja, puisiku menjadi siluetnya
Aku enggan
Puisiku diam
Memilih tidur di buku-buku diary
Ponorogo, 19 November 2020
***
Hujan
Hujan menumbuhkan ranting rindu
Ke tembok-tembok kamar
Ke kolong-kolong lemari
Ke bantal kesayangan
Ke kasur-kasur
Ke kertas-kertas puisi yang baru saja ditulis
Semuanya menggenang dan menggigil di kamar
Dan halaman hatimu
Ponorogo, 19 November 2020
***
Altruisme
Seorang bocah berlarian dengan buru-buru, kuamati dengan saksama
Di tangannya payung bolong dibawa dengan tergesa
Kakinya tak beralas dengan pakaian berjamur
Sepuluh menit kemudian
Seorang bocah itu menuntun kakek buta
Membawanya menemui nenek di seberang jalan
Hatiku meringis pilu
Berdiri di halte tanpa melakukan apa-apa
Ponorogo, 19 November 2020
***
Menunggu
Sudah kusemprot banyak kali untuk mengawetkan aroma wangi,
kepada saku jaket kusembunyikan perasaan senang berlebihan
Jam terus mengalun merdu di pergelangan tangan kiriku
Sebuah percakapan dalam kepala meriuhkan energi semangat, bukan untuk bersedih tapi untuk merayakan
Aku masih menunggumu di St Louis, tempat kita melemparkan tawa, tanpa berkenalan dengan luka-luka yang menghantam tubuh kita
Sampai denting jam mengalun mesra, siluet tubuhmu belum juga terlihat
Mungkinkah kau sibuk menata niat, untuk bertemu denganku lagi
Barangkali kau masih marah dengan percakapan terakhir kita
Aku belum menyerah untuk berdiri menatap sekitar jalanan, hanya ada suara orang-orang sibuk tawar menawar
Atau orang-orang merapihkan jaket kedinginan
Sebelum aku sempat melangkah pergi
Percakapan terakhir itu mengingatkanku bahwa
Di Notre Dame suaramu menggigil cemburu
Ponorogo, 19 November 2020
***
Qwertyuiop
Ada yang sedang membaca kata-kata tanpa mengejanya
Ada yang sedang mencuri dengar kabar tapi tak juga kunjung diberi kabar
Ada yang sedang sibuk berhalu
Dari jeratnya pernyataan meramu sendu
Qwertyuiop bagaimanakah membacamu?
Qwertyuiop bagaimanakah mengejamu?
Semuanya terbalik dan berputar
Ponorogo, 19 November 2020
***
Barokatus Jeh atau biasa dipanggil Barjeh adalah nama pena. Lahir di Indramayu 27 nov. Sedang menjadi musafiroh di kota Reyog. Karyanya nangkring di Antologi bersama puisi dan cerpen Candhuk Badra (2018), Jazirah 2 Segara Sakti Rantau Bertuah (2019), Mudik ke Rahim Ibu, puisi Pilihan Lomba Menulis Puisi 2019 Indramayu (2019), Lelaki yang Mendaki Langit Pasaman Rebah ke Pangkuan, Pasaman dalam Puisi Penyair Nusantara (2019), Jazirah Lima (2020). Serta tulisannya dimuat Ruangkabapesisir, Travesia.co, linkkoe my id, Rembukan.com, Suku Seni Riau Apajake.id, Mbludus.com dan Medan Pos. Barjeh aktif di grup daring COMPETER dan Kelas Puisi Bekasi (KPB). IG: octa_essalamah
Laman Literasi Kalbar menerima tulisan berupa puisi, cerpen, resensi, & opini. Silakan kirim ke literasikalbar@gmail.com
Ketentuan tulisan bisa baca di Kirim Tulisan
Tulis Pendapat Anda 0 comments
EmoticonEmoticon