Puisi Zainur Rahman
Kali ini laman literasi kalbar menayangkan Sajak-Sajak Zainur Rahman yang sangat menarik hati untuk dibaca dan dihayati. Selamat membaca.
Aku lahir dari pena
Yang berhasil memimpikan kata-kata pasca-purnama
Maka turunlah hujan diksi-diksi
Pada segumpal tanah, merekahlah bunga-bunga puisi
Puisi Zainur Rahman pic pixabay |
Aku Lahir dari Pena
Aku lahir dari pena
Sebelum bumi terpejam di ufuk senja
Dan setelah kepodang berdansa di kening cakrawala
Sepertinya aku adalah jawaban doa-doa
Dari panjatan kelu di saat duka
Aku lahir dari pena
Yang berhasil memimpikan kata-kata pasca-purnama
Maka turunlah hujan diksi-diksi
Pada segumpal tanah, merekahlah bunga-bunga puisi
Aku lahir dari pena
Bersama ruap-ruap la’ang terhalang surya
Maka harus kucecapi tubuh tinta
Meski tak terlahir dari rahim para pujangga.
(Sumenep, 2020)
***
Perempuan Hujan
Hingga pada riak ombak
Yang menyetubuhi malam sebelum tersibak
Perempuan itu pada teduh rentetan air
Telah kucabut arwah lukanya
Dihaturkan kepada awan hendak legam
Karena semerbak apapun
Tetaplah harum tubuhnya di cakrawala
Kecipak yang dimainkannya
Pun menempias kerontang imajiku
Setelah utas diksi-diksi itu
Jatuh melepuh bersama kerling biru mata Gurbaru.
(Arek Lancor, 2020)
***
Rajah
Inilah kuberikan tetes wajah puisi
Jatuh memeluh dari sisa-sisa embun pagi
Sudikah engkau membuka
Karena pintu-pintu bersedia menguak cerita
Masuklah, nikmatilah
Teguklah, bagaimana?
Itulah rajah diksi sesuai takaran penyair ujung kaki
Supaya engkau menatap masa
Di mana kita berada di antar titik, juga koma.
(Pamekasan, 2020)
***
Anak Senja
Sebagaimana kita yang pernah berjalan pada pematang itu
Dilihatnya tarian Burung Dangkepot melukis senja
Berkuas bianglala
Juga kisah telah memeluk siang sebelum punah
Pada ruap-ruap ranting di tangan kita
Saksi mata purnama.
(Arek Lancor, 2020)
***
Siluet Rindu
Sebelum angan bersambang ke negeri harapan
Aku sudah menyulam kenang dalam ingatan
Tepat pada ranting kering berjatuhan
Berserakan daun-daun kerinduan
Pada jalan penantian
Sementara di sekat malam yang bisu
Kutemukannya siluet dari pekat matamu
Menerangi ruas lengkung setiap jemariku
Sambil meraba kepergian yang masih menunggu
Barangkali kita adalah hujan
Menggenggam erat tangan
Membasahi genangan
Bahwa segala resah kini berujung lelah
Untuk memilikimu adalah dambaan segala arah.
(Pesisir Branta, 2020)
***
Zainur Rahman, pria yang akrab disapa ZEN ini lahir di Prenduan Sumenep Madura pada tanggal 26 Maret 2000. Bergiat di Komunitas Bengkel Sastra IAIN Madura. Puisinya telah termaktub dalam antologi bersama dan surat kabar. Di antaranya : Bangka Pos, Koran Merapi, Kabar Priangan, Radar Madura, Radar Mojokerto, Radar Cirebon, dan lain-lain.
Hubungi Penulis
Email: zain.arrahman26@gmail.com
Instagram : Zain.arrahman26
Laman Literasi Kalbar menerima tulisan berupa puisi, cerpen, resensi & opini. Silakan kirim ke literasikalbar@gmail.com
Ketentuan tulisan bisa baca di Kirim Tulisan
Tulis Pendapat Anda 0 comments
EmoticonEmoticon