Karya Faris Al Faisal
jika sudah dekat ke purnama, laut pulang
ke pelukanmu
ombak menegur pantai yang berdiam di bibirmu
melimpahi pasir, ada desir dalam setiap sapuan
angin basah menyimak
bunyibunyian dalam riuh guguran sajak
sebelum itu, sisiksisik dan matahari
mengajakku berenang
sekian depa, jauh ke tengah samudera
panorama putih dan biru
seakan langit dan laut saling berpagut
kukepal gumpal awan yang duduk merendah
rindu pun membadai di sini, mengeras
kristal garam
membeku bersama mengkerutnya waktu
hiu di dadaku nyelam dan melambung
berkejaran dengan gelombang dan pasang
perburuan ikan sampai ke palung
sepoi laut pun tiba, di pintu masuk
pelabuhan
cahaya lampu bagai ribuan kunangkunang
di bukitbukit, bergulingguling
mengantarkan lelaki sepertiku ke kolam matamu
menyelam dalam bening kasih sayang
Indramayu, 2019
jasad dan bangkai, renik mengambang
membuat barisan luka
perahu retak
palka pecah
laut
sajak
laut
tiada ikan, bau ikan busuk
yang berperut
katakata tak cukup mengunggah basah
air hitam tergenang
Indramayu, 2019
bahkan kita pun telah berlayar, membawa
nukilan dari kitab pelaut
menjadi buih di tengah samudera
setitik gumpal
diteriaki burung camar yang terancam
semua tak pernah tunduk
dari kesedihan dan kesepian
barangkali kita, yang terpinggirkan
ke tepi dunia
mencipta sajak dari butir garam
memeras matahari
mendenyutkan nadi dengan desak angin
kita akan terus berpesiar, memeta jalan
di mana laut melarung kata
Indramayu, 2019
dalam pikiran serba loba, kau tak bisa membaca
perut tambak
ganggang angananganmu memberi penghalang
tapi sesekali, saat tanganmu menaburkan bijibiji
kehidupan
ajaklah ikanikan itu bicara selaksana kawan
ceritakan bagaimana kau bangun pagi, mendahului
matahari
menumbuk tulang dan mencampur dedak
bagai gadis desa bermain lesung mengupas kulit padi
menghadirkan resep terbaik dari peternak
dengan merogohkan tangan, biarkan mulutmulut
mungilnya mencecap rasa
telinganya akan menangkap pesan kasih
riwayat cinta yang lahir dari riakriak payau
ikanikan berpusar di permukaan dengan kilau
sisik pelangi
di situ akan ada balasan dari sebuah rindu
putik cantik di matanya pada hari memanen
maka kebahagiaan itu akan bertemu, setelah
membaca
menemukan makna dan cinta
Indramayu, 2019
ia adalah seekor udang yang tak kenal
batu
hidup di balik kaca dalam bening air
cahaya bulan turun menyelam
tak ada,
yang tersembunyi
yang tersimpan dalam hati
Indramayu, 2019
Laman Literasi Kalbar menerima tulisan berupa puisi, cerpen, resensi & opini. Silakan kirim ke literasikalbar@gmail.com
Ketentuan tulisan bisa baca di Kirim Tulisan
Sajak Faris Al Faisal, pic pixabay.com |
Laut Pulang ke Pelukanmu
jika sudah dekat ke purnama, laut pulang
ke pelukanmu
ombak menegur pantai yang berdiam di bibirmu
melimpahi pasir, ada desir dalam setiap sapuan
angin basah menyimak
bunyibunyian dalam riuh guguran sajak
sebelum itu, sisiksisik dan matahari
mengajakku berenang
sekian depa, jauh ke tengah samudera
panorama putih dan biru
seakan langit dan laut saling berpagut
kukepal gumpal awan yang duduk merendah
rindu pun membadai di sini, mengeras
kristal garam
membeku bersama mengkerutnya waktu
hiu di dadaku nyelam dan melambung
berkejaran dengan gelombang dan pasang
perburuan ikan sampai ke palung
sepoi laut pun tiba, di pintu masuk
pelabuhan
cahaya lampu bagai ribuan kunangkunang
di bukitbukit, bergulingguling
mengantarkan lelaki sepertiku ke kolam matamu
menyelam dalam bening kasih sayang
Indramayu, 2019
***
Laut Sajak Laut
jasad dan bangkai, renik mengambang
membuat barisan luka
perahu retak
palka pecah
laut
sajak
laut
tiada ikan, bau ikan busuk
yang berperut
katakata tak cukup mengunggah basah
air hitam tergenang
Indramayu, 2019
***
Nukilan dari Kitab Pelaut
bahkan kita pun telah berlayar, membawa
nukilan dari kitab pelaut
menjadi buih di tengah samudera
setitik gumpal
diteriaki burung camar yang terancam
semua tak pernah tunduk
dari kesedihan dan kesepian
barangkali kita, yang terpinggirkan
ke tepi dunia
mencipta sajak dari butir garam
memeras matahari
mendenyutkan nadi dengan desak angin
kita akan terus berpesiar, memeta jalan
di mana laut melarung kata
Indramayu, 2019
***
Membaca Perut Tambak
dalam pikiran serba loba, kau tak bisa membaca
perut tambak
ganggang angananganmu memberi penghalang
tapi sesekali, saat tanganmu menaburkan bijibiji
kehidupan
ajaklah ikanikan itu bicara selaksana kawan
ceritakan bagaimana kau bangun pagi, mendahului
matahari
menumbuk tulang dan mencampur dedak
bagai gadis desa bermain lesung mengupas kulit padi
menghadirkan resep terbaik dari peternak
dengan merogohkan tangan, biarkan mulutmulut
mungilnya mencecap rasa
telinganya akan menangkap pesan kasih
riwayat cinta yang lahir dari riakriak payau
ikanikan berpusar di permukaan dengan kilau
sisik pelangi
di situ akan ada balasan dari sebuah rindu
putik cantik di matanya pada hari memanen
maka kebahagiaan itu akan bertemu, setelah
membaca
menemukan makna dan cinta
Indramayu, 2019
***
Balada Seekor Udang Baru
ia adalah seekor udang yang tak kenal
batu
hidup di balik kaca dalam bening air
cahaya bulan turun menyelam
tak ada,
yang tersembunyi
yang tersimpan dalam hati
Indramayu, 2019
Faris Al Faisal lahir dan tinggal di Indramayu, Jawa Barat, Indonesia. Bergiat di Komite Sastra, Dewan Kesenian Indramayu (DKI) dan Lembaga Kebudayaan Indramayu (LKI). Namanya masuk buku “Apa dan Siapa Penyair Indonesia” Yayasan Hari Puisi. Puisinya pernah mendapat Juara 1 dan Piala bergilir ‘Lomba Cipta Puisi Anugerah RD. Dewi Sartika (2019), mendapatkan juga Anugerah “Puisi Umum Terbaik” Disparbud DKI 2019 dalam Perayaan 7 Tahun Hari Puisi Indonesia Yayasan Hari Puisi, dan pernah Juara 1 Lomba Cipta Puisi Kategori Umum Tingkat Asia Tenggara Pekan Bahasa dan Sastra 2018 Universitas Sebelas Maret. Tersiar pula puisi-puisinya di media lokal, nasional, dan Malaysia. Buku puisi terbarunya “Dari Lubuk Cimanuk ke Muara Kerinduan ke Laut Impian” penerbit Rumah Pustaka (2018). Email ffarisalffaisal@gmail.com, Facebook www.facebook.com/faris.alfaisal.3, Twitter @lfaisal_faris, IG @ffarisalffaisal, Line ffarisalffaisal dan SMS/WA 0811-200-7934.
Ketentuan tulisan bisa baca di Kirim Tulisan
Tulis Pendapat Anda 0 comments
EmoticonEmoticon