Sajak-Sajak Nurytha Maulidya Amri
sajak Nurytha, pic: pixabay |
Hutan Rimba
Begitu banyak hewan buas yang perlu dihindari.
Begitu banyak jalan yang perlu ditelusuri.
Dan banyak hal yang perlu diwaspadai.
Namun di balik itu semua
Ada pemandangan indah untuk dilihat.
Ada udara segar untuk dihirup.
Dan ada ketenangan di dalamnya.
Hutan rimba layaknya hidup.
***
Dunia Sekarang
Sekarang dunia sedang bermain drama
Entah apa tujuan dan maksudnya
Membuat banyak orang tersiksa
Dan menangis dalam doa
Sekarang dunia sedang bekerja
Dua puluh empat jam penuh usaha
Tanpa memperdulikan orang disekitarnya
Tanpa tau siapa yang sedang menunggunya
***
Anggap Aku Cermin
Cermin dapat memantulkan apa pun yang ada di depannya.
Saat kau menghadap cermin, itulah kau.
Dengan segala sifat dan rupa.
Kau bisa saja tertawa, menangis, bahkan marah didepannya.
Awalnya dia hanya diam tak bersuara, mengikuti setiap gerakan.
Namun, saat kau bertindak kasar kepadanya maka ia akan menyakitimu.
Cermin refleksi dirimu
***
Lakuna & Panasea
Lima belas tahun aku hidup dengan diri tertutup.
Menutup diri dari dunia yang luas.
Karena aku tahu, aku banyak kekurangan.
Aku akan disingkirkan dari masyarakat.
Namun sekarang, aku telah menemukan panasea di hidupku.
Panasea yang menutupi setiap lakuna di hidupku.
***
Kehadiranku
Aku hanyalah sebatas alunan musik,
Yang membuatmmu merasa terusik.
Aku hanyalah tumpukan koran,
Yang memberimu beban.
Maaf jika aku tak bisa mengerti
Untuk apa aku berada di sini.
Tetapi kau harus tau,
Aku selalu berusaha menjadi apa yang kau mau.
Dan kau tak menghargai itu.
***
Sebuah Bentuk Protes
Kami dianggap sebagai anak kecil yang tak tahu apa-apa.
Tak punya pengalaman dan tak berilmu.
Kami dianggap sebagai robot yang harus selalu menurut.
Melakukan setiap perintahnya dengan sempurna.
Kami juga makhluk hidup yang memiliki perasaan.
Kami juga punya hak untuk bersuara dan menyuarakan.
Tapi mengapa kau merampas hak kami?
Apakah karena kau memiliki kakuasaan?
***
Beda Zaman
Disaat kalian bercerita tentang masa lalu,
Kami bermimpi tentang masa depan.
Disaat kalian protes masalah adat istiadat,
Kami protes masalah hukum.
Kalian membela diri dengan kata “dahulu,”
Kami membela diri dengan kata “sekarang.”
Kalian punya pengalaman.
Namun kami punya impian.
Jangan jadikan pengalamanmu,
sebagai jalan menggapai impian kami.
Karena kami ingin mencari pengalaman sendiri.
Agar kami juga bisa bercerita dengan kata “dahulu.”
Nurytha Maulidya Amri suka menulis, terutama puisi. Nurytha tinggal di Jalan Dr. Wahidin. Gg. Sepakat 8. Komp. Sepakat Mutiara. Komunikasi dengan Nurytha di alamat email: auliamri0605@gmail.com
Tulis Pendapat Anda 0 comments
EmoticonEmoticon