Tulisan Ahmad
Pendidikan yang ditopang dengan membaca akan menghasilkan kualitas masyarakat bermutu. Kualitas tersebut akan membuka wawasan tentang apa saja yang ada di muka bumi. Semakin banyak membaca, masyarakat semakin luas wawasannya. Jika wawasan luas, tentu cara pengambilan keputusan akan berbeda, yaitu kritis dan cepat.
Jika membicarakan tentang buku sebagai bahan bacaan umum. Masyarakat disuguhkan buku pengetahuan yang terasa menggurui dan membosankan. Sedikit sekali masyarakat umum membaca karya sastra. Selain ingin cepat mendapatkan ilmu pengetahuan dengan buku non fiksi, pembaca ingin segera untuk mengaplikasikan apa yang dibaca. Berbeda jika masyarakat membaca buku sastra, masyarakat akan diajak berpikir dan merenung mengenai suatu hal. Dan itu akan berdampak baiknya mutu diri.
Sudahkah kita membaca buku dalam satu hari ini ? Sudahkan mendapatkan wawasan dari buku yang kita baca? Sudahkah melakukan perbaikan diri? Merenung dan menyusun rencana masa depan. Melakukan perubahan dampak dari membaca buku. Segera lakukan tindakan dengan perlahan. Selain itu lakukan secara bertahap.
Membaca yang konon sebagai tolak ukur sebagain tingginya tingkat literasi di Indonesia. Tolok ukur ini yang harus digencarkan. Selain membaca, menulis menjadi hal yang sangat penting dalam meningkatkan giat literasi. Kemauan membaca masyarakat indonesia saja sangat rendah, apalagi menulis. Giatkan pada masyarakat untuk membaca buku minimal satu dalam tiga hari.
Membaca yang dilakukan secara terus-menerus membuat masyarakat ingin berkembang. Berkembang maju menjadi masyarakat penulis. Ide dan gagasan yang dibaca terkadang menimbulkan ide baru. Ide berupa persetujuan atau penolakan pendapat dari isi buku. Selain itu, penambahan ide-ide yang belum terungkap dalam buku menjadi celah untuk dituliskan.
Membaca kritis terkadang menjadikan pembaca menulis. Menulis yang dihasilkan terkadang berbentuk tulisan kritis. Penulis memberikan kritik terhadap suatu hal yang diangkat. Jika bagi pembaca itu bukan hal yang baru dan bertentangan dengan kenyataan yang ada, pembaca mesti melakukan kritikan dan saran terhadap isi buku.
Gerakkan masyarakat kita untuk membaca. Mulai dari diri sendiri, keluarga, dan teman terdekat. Tularkan virus membaca dan menulis pada siapapun. Tularkan pada orang yang seperti apapun. Namun terkadang, ajakan itu tak berdampak secara langsung. Perlu waktu bagi orang yang diajak. Lakukan dengan sabar dan konsisten.
pixabay.com |
Membaca Buku Menuju Giat Berliterasi
Pendidikan yang ditopang dengan membaca akan menghasilkan kualitas masyarakat bermutu. Kualitas tersebut akan membuka wawasan tentang apa saja yang ada di muka bumi. Semakin banyak membaca, masyarakat semakin luas wawasannya. Jika wawasan luas, tentu cara pengambilan keputusan akan berbeda, yaitu kritis dan cepat.
Jika membicarakan tentang buku sebagai bahan bacaan umum. Masyarakat disuguhkan buku pengetahuan yang terasa menggurui dan membosankan. Sedikit sekali masyarakat umum membaca karya sastra. Selain ingin cepat mendapatkan ilmu pengetahuan dengan buku non fiksi, pembaca ingin segera untuk mengaplikasikan apa yang dibaca. Berbeda jika masyarakat membaca buku sastra, masyarakat akan diajak berpikir dan merenung mengenai suatu hal. Dan itu akan berdampak baiknya mutu diri.
Baca Juga: Membangkitkan Budaya Literasi Indonesia yang Tertidur
Sudahkah kita membaca buku dalam satu hari ini ? Sudahkan mendapatkan wawasan dari buku yang kita baca? Sudahkah melakukan perbaikan diri? Merenung dan menyusun rencana masa depan. Melakukan perubahan dampak dari membaca buku. Segera lakukan tindakan dengan perlahan. Selain itu lakukan secara bertahap.
Membaca yang konon sebagai tolak ukur sebagain tingginya tingkat literasi di Indonesia. Tolok ukur ini yang harus digencarkan. Selain membaca, menulis menjadi hal yang sangat penting dalam meningkatkan giat literasi. Kemauan membaca masyarakat indonesia saja sangat rendah, apalagi menulis. Giatkan pada masyarakat untuk membaca buku minimal satu dalam tiga hari.
Baca Juga: Gerakan Literasi Sekolah Membangun Budi Pekerti Generasi Muda
Membaca yang dilakukan secara terus-menerus membuat masyarakat ingin berkembang. Berkembang maju menjadi masyarakat penulis. Ide dan gagasan yang dibaca terkadang menimbulkan ide baru. Ide berupa persetujuan atau penolakan pendapat dari isi buku. Selain itu, penambahan ide-ide yang belum terungkap dalam buku menjadi celah untuk dituliskan.
Membaca kritis terkadang menjadikan pembaca menulis. Menulis yang dihasilkan terkadang berbentuk tulisan kritis. Penulis memberikan kritik terhadap suatu hal yang diangkat. Jika bagi pembaca itu bukan hal yang baru dan bertentangan dengan kenyataan yang ada, pembaca mesti melakukan kritikan dan saran terhadap isi buku.
Baca Juga: Apakah Media Cetak Masih Digemari Kids Zaman Now?
Gerakkan masyarakat kita untuk membaca. Mulai dari diri sendiri, keluarga, dan teman terdekat. Tularkan virus membaca dan menulis pada siapapun. Tularkan pada orang yang seperti apapun. Namun terkadang, ajakan itu tak berdampak secara langsung. Perlu waktu bagi orang yang diajak. Lakukan dengan sabar dan konsisten.
Tulis Pendapat Anda 0 comments
EmoticonEmoticon