Karya Patricia Fantania
Pagi itu cerah sekali, lapangan penuh sesak dengan suara bising di mana-mana. Semua murid berkumpul di lapangan untuk mengikuti geladi bersih upacara 17 Agustus. Tania Putri atau yang biasa dipanggil Nia berbaris rapi pada barisan kelas delapan. Nia merupakan siswi kelas delapan, yang bertubuh ramping, tinggi, berambut panjang, pintar, dan berkacamata. Di sampingnya ada Indra teman sekelasnya, berkacamata, tidak terlalu tinggi, dan memiliki tatapan mata yang tajam. Saat masih kelas tujuh Nia sering menggejeknya karena Indra menyukai sahabatnya yang bernama Dina.
Geladi bersih dimulai, Indra tidak bisa diam saat upacara berlangsung, untuk menghilangkan rasa suntuknya ia lantas mengajak Nia mengobrol bersamanya.
“Hai, kamu..” ujar Indra sambil menoleh ke arah Nia.
“Ada apa? jangan berisik, lagi upacara nih”
“Ya ampun, nggak ada Guru yang lihat kok”
“Sshhh.. udah, diem.”
Setelah dipancing terus-menerus, Nia akhirnya mau mengobrol dengan Indra. Mereka asyik bercerita selama upacara berlangsung. Saat ada guru yang berlalu lalang mereka berhenti sejenak lalu ketika guru telah pergi mereka melanjutkan percakapan yang tadi sempat terhenti. Setelah geladi bersih selesai, Indra dan Nia saling bertukar nomor telepon masing-masing.
“Eh, Nia. Nomor HPmu berapa?” tanya Indra.
“Aduh, aku nggak ingat nomor HPku.” jawab Nia.
“Nih, nomorku. Nanti pulang sekolah langsung SMS ya.”, sambil memberikan secarik kertas kepada Nia.
“Oh, iya.” ujarnya.
Bel berbunyi tanda semua siswa-siswi harus masuk ke kelas. Pelajaran dimulai jam ke-4 karena terpotong oleh upacara geladi bersih tadi pagi. Saat duduk berkelompok pelajaran Bahasa Indonesia, teman satu kelompok Nia memergoki Indra yang terus memandangi Nia.
“Nia, si Indra lihatin kamu dari tadi tuh, sampai gak berkedip.”
"Ha? Masa? Tak mungkin. Kamu ini ngada-ngada jak”
“Beneran. Jelas-jelas dia itu pandangannya ke arah sini terus matanya ngelihatin kamu.”
Nia begitu penasaran, ia pun menoleh ke arah Indra dan betapa terkejutnya saat ia melihat Indra sedang menatapnya dengan tatapan matanya yang tajam. Tiba-tiba Indra datang menghampirinya, Nia langsung menjadi salah tingkah.
“Hai, boleh pinjam pulpen?” tanya Indra dengan lembut.
“Eh, oh iya, ini penghapusnya.” jawab Nia dengan gugup.
“Aku pinjam pulpen, bukan penghapus”, ujar Indra sambil tertawa kecil.
“Pulpen? Maaf aku salah dengar tadi. Ini pulpennya”.
“Oke, pinjam dulu ya.”
###
Sesampainya di rumah, Nia langsung teringat akan pesan Indra untuk mengiriminya SMS. Mereka saling balas membalas SMS hingga matahari terbenam. Kira-kira pukul 18.00 WIB, Indra mengutarakan perasaannya kepada Nia melalui telepon.
“Halo, Nia. Aku mau ngomong sesuatu ..”
“Mau ngomong apa?”
“Aku.. aku mau pinjam kaset The Walking Dead Season 3”
"Ya ampun aku kira kamu mau ngomong hal penting, ternyata mau pinjam kaset. Iya, besok aku bawa.” ucap Nia dengan nada agak kecewa.
“Hmmm, Tania, aku.. aku sebenarnya suka sama kamu sejak kelas tujuh cuma aku nggak berani bilang, baru sekarang aku ada keberanian untuk bilang ke kamu.” ucap Indra dengan sangat cepat.
“Kamu mau jadi pacarku?” tanya Indra dengan serius.
“Beneran?” tanya Nia.
“Iya, aku serius, kalau kamu nggak mau juga gak apa.” lanjut Indra.
“Aku mau, aku mau kok jadi pacarmu.”
Mereka pun menjalin hubungan, ini adalah pertama kalinya Nia berpacaran sedangkan Indra sudah yang ketiga kali. Hubungan yang terjalin diantara mereka terkesan ditutupi karena Indra meminta Nia untuk tidak memberitahukan tentang status mereka kepada siapapun. Hari-hari mereka lalui dengan perasaan berbunga-bunga dan dunia terasa milik berdua.
Setelah dua minggu lamanya mereka berpacaran, Pak Roni guru Bahasa Indonesia mereka mengetahui bahwa Indra dan Nia telah berpacaran, selama pelajarannya Indra terus menjadi bahan pembicaraan. Indra tidak suka apabila ada orang lain apalagi guru mengetahui dirinya memiliki hubungan khusus dengan Nia. Ia langsung naik darah dan beradu mulut dengan Nia saat pulang sekolah. Mereka bertengkar hebat dan saling menyalahkan satu sama lain. Namun akhirnya Indra mengalah dan meminta maaf kepada Nia karena ia tadi telah terbawa emosi.
“Maafin aku, tadi aku kebawa emosi.” ujarnya dengan menyesal.
“Tadi kamu udah ngebentak aku terus kasar lagi.” sahut Nia.
“Iya, aku tahu aku salah. Maaf.” lanjut Indra.
Semenjak kejadian itu hubungan mereka menjadi renggang dan kurang harmonis. Indra menjadi sering tidak ada kabar dan susah untuk dihubungi. Nia yang begitu penasaran akan kabar dari Indra mulai berprasangka terhadap pacarnya itu. “Apakah dia masih marah sama aku karena kejadian kemarin, atau mungkin dia sudah punya yang lain?’ tutur Nia sambil memegang keningnya yang menciut. “Itu kan hanya perasaanku saja, bisa jadi dia tidak memberi kabar karena ada masalah pribadi.” ujarnya lagi.
Keesokkan harinya Nia masih kecewa dengan Indra karena tidak memberinya kabar selama beberapa hari. Ketika ia berjalan dari kantin dan melalui kelas kelas VIII B, matanya tertuju kepada seorang cowok yang sedang berdiri di depan kelas sambil tersenyum. Cowok itu adalah Alvian yang biasanya dipanggil Al merupakan ketua kelas VIII B yang berwajah tampan, pintar, dan memiliki senyum manis serta lesung pipi. Nia memberitahu sahabatnya tentang kesan pertamanya terhadap cowok itu.
“Tas, cowok tadi ganteng banget, senyumnya itu loh..” ujar Nia dengan kagum.
“Yang mana?” tanya Tasya.
“Yang tadi berdiri paling depan, yang ada lesung pipi.”
“Ooo, si Al. Kamu ini, ingat Indra masi pacar kamu.”
“Namanya Al toh. Apa sih, kan cuma mengagumi.” ucapnya dengan senyuman.
“Iya, awalnya sih cuma kagum, nanti lama-lama jadi...”
“Uda bel nih yuk masuk ke kelas.” ajak Nia.
“Ehh, aku belom selesai ngomong.” ujar tasya dengan nada kesal.
###
Pada saat hubungannya dengan Indra mulai membaik, Nia semakin akrab dengan Al karena sering SMSan. Nia mendapatkan nomor telepon Al dari temannya. Nia mulai jatuh cinta kepada cowok yang dikaguminya itu. Menjelang satu bulan hubungannya dengan Indra, Nia meminta putus kepada Indra dengan alasan pacarnya sudah jarang memberi kabar dan perhatian kepadanya. Indra juga telah mengetahui bahwa Nia menykai serta dekat dengan pria lain. Sehingga dia pun menyetujui untuk mengakhiri hubungan mereka. Padahal Indra sudah berusaha untuk menjadi seorang pacar yang baik untuknya namun apa daya Nia sudah tidak mencintai dirinya lagi. Setelah putus mereka tidak pernah berkomunikasi lagi bahkan tegur sapa pun tidak pernah.
Sesudah hubungannya dengan Indra berakhir Nia menjalani hari-hari seperti biasa namun sekarang tidak ada yang memberi perhatian khusus kepadanya lagi. Kedekatannya dengan Al semakin intens, tetapi status hubungannya dengan Al masih belum jelas apakah hanya sebatas teman atau lebih. Nia terus memikirkan dirinya setiap saat, muncul berbagai pertanyaan di benaknya. “Apa benar aku suka padanya? Atau aku hanya mengaguminya saja? Mungkinkah ini rasa jatuh cinta yang sebenarnya?”. Akhirnya Nia mengutarakan perasaanya kepada Al tanpa berpikir akan terjadi kemungkinan terburuk, yaitu ia akan kecewa. Nia mengirimi Al sebuah SMS. “Al, aku sayang kamu.” Beberapa menit kemudian Al membalas SMSnya. “Aku juga sayang sama kamu, Tania.
###
Pagi itu cerah sekali, lapangan penuh sesak dengan suara bising di mana-mana. Semua murid berkumpul di lapangan untuk mengikuti geladi bersih upacara 17 Agustus. Tania Putri atau yang biasa dipanggil Nia berbaris rapi pada barisan kelas delapan. Nia merupakan siswi kelas delapan, yang bertubuh ramping, tinggi, berambut panjang, pintar, dan berkacamata. Di sampingnya ada Indra teman sekelasnya, berkacamata, tidak terlalu tinggi, dan memiliki tatapan mata yang tajam. Saat masih kelas tujuh Nia sering menggejeknya karena Indra menyukai sahabatnya yang bernama Dina.
Geladi bersih dimulai, Indra tidak bisa diam saat upacara berlangsung, untuk menghilangkan rasa suntuknya ia lantas mengajak Nia mengobrol bersamanya.
“Hai, kamu..” ujar Indra sambil menoleh ke arah Nia.
“Ada apa? jangan berisik, lagi upacara nih”
“Ya ampun, nggak ada Guru yang lihat kok”
“Sshhh.. udah, diem.”
Setelah dipancing terus-menerus, Nia akhirnya mau mengobrol dengan Indra. Mereka asyik bercerita selama upacara berlangsung. Saat ada guru yang berlalu lalang mereka berhenti sejenak lalu ketika guru telah pergi mereka melanjutkan percakapan yang tadi sempat terhenti. Setelah geladi bersih selesai, Indra dan Nia saling bertukar nomor telepon masing-masing.
“Eh, Nia. Nomor HPmu berapa?” tanya Indra.
“Aduh, aku nggak ingat nomor HPku.” jawab Nia.
“Nih, nomorku. Nanti pulang sekolah langsung SMS ya.”, sambil memberikan secarik kertas kepada Nia.
“Oh, iya.” ujarnya.
Bel berbunyi tanda semua siswa-siswi harus masuk ke kelas. Pelajaran dimulai jam ke-4 karena terpotong oleh upacara geladi bersih tadi pagi. Saat duduk berkelompok pelajaran Bahasa Indonesia, teman satu kelompok Nia memergoki Indra yang terus memandangi Nia.
“Nia, si Indra lihatin kamu dari tadi tuh, sampai gak berkedip.”
"Ha? Masa? Tak mungkin. Kamu ini ngada-ngada jak”
“Beneran. Jelas-jelas dia itu pandangannya ke arah sini terus matanya ngelihatin kamu.”
Nia begitu penasaran, ia pun menoleh ke arah Indra dan betapa terkejutnya saat ia melihat Indra sedang menatapnya dengan tatapan matanya yang tajam. Tiba-tiba Indra datang menghampirinya, Nia langsung menjadi salah tingkah.
“Hai, boleh pinjam pulpen?” tanya Indra dengan lembut.
“Eh, oh iya, ini penghapusnya.” jawab Nia dengan gugup.
“Aku pinjam pulpen, bukan penghapus”, ujar Indra sambil tertawa kecil.
“Pulpen? Maaf aku salah dengar tadi. Ini pulpennya”.
“Oke, pinjam dulu ya.”
###
Sesampainya di rumah, Nia langsung teringat akan pesan Indra untuk mengiriminya SMS. Mereka saling balas membalas SMS hingga matahari terbenam. Kira-kira pukul 18.00 WIB, Indra mengutarakan perasaannya kepada Nia melalui telepon.
“Halo, Nia. Aku mau ngomong sesuatu ..”
“Mau ngomong apa?”
“Aku.. aku mau pinjam kaset The Walking Dead Season 3”
"Ya ampun aku kira kamu mau ngomong hal penting, ternyata mau pinjam kaset. Iya, besok aku bawa.” ucap Nia dengan nada agak kecewa.
“Hmmm, Tania, aku.. aku sebenarnya suka sama kamu sejak kelas tujuh cuma aku nggak berani bilang, baru sekarang aku ada keberanian untuk bilang ke kamu.” ucap Indra dengan sangat cepat.
“Kamu mau jadi pacarku?” tanya Indra dengan serius.
“Beneran?” tanya Nia.
“Iya, aku serius, kalau kamu nggak mau juga gak apa.” lanjut Indra.
“Aku mau, aku mau kok jadi pacarmu.”
Mereka pun menjalin hubungan, ini adalah pertama kalinya Nia berpacaran sedangkan Indra sudah yang ketiga kali. Hubungan yang terjalin diantara mereka terkesan ditutupi karena Indra meminta Nia untuk tidak memberitahukan tentang status mereka kepada siapapun. Hari-hari mereka lalui dengan perasaan berbunga-bunga dan dunia terasa milik berdua.
Setelah dua minggu lamanya mereka berpacaran, Pak Roni guru Bahasa Indonesia mereka mengetahui bahwa Indra dan Nia telah berpacaran, selama pelajarannya Indra terus menjadi bahan pembicaraan. Indra tidak suka apabila ada orang lain apalagi guru mengetahui dirinya memiliki hubungan khusus dengan Nia. Ia langsung naik darah dan beradu mulut dengan Nia saat pulang sekolah. Mereka bertengkar hebat dan saling menyalahkan satu sama lain. Namun akhirnya Indra mengalah dan meminta maaf kepada Nia karena ia tadi telah terbawa emosi.
“Maafin aku, tadi aku kebawa emosi.” ujarnya dengan menyesal.
“Tadi kamu udah ngebentak aku terus kasar lagi.” sahut Nia.
“Iya, aku tahu aku salah. Maaf.” lanjut Indra.
Semenjak kejadian itu hubungan mereka menjadi renggang dan kurang harmonis. Indra menjadi sering tidak ada kabar dan susah untuk dihubungi. Nia yang begitu penasaran akan kabar dari Indra mulai berprasangka terhadap pacarnya itu. “Apakah dia masih marah sama aku karena kejadian kemarin, atau mungkin dia sudah punya yang lain?’ tutur Nia sambil memegang keningnya yang menciut. “Itu kan hanya perasaanku saja, bisa jadi dia tidak memberi kabar karena ada masalah pribadi.” ujarnya lagi.
Keesokkan harinya Nia masih kecewa dengan Indra karena tidak memberinya kabar selama beberapa hari. Ketika ia berjalan dari kantin dan melalui kelas kelas VIII B, matanya tertuju kepada seorang cowok yang sedang berdiri di depan kelas sambil tersenyum. Cowok itu adalah Alvian yang biasanya dipanggil Al merupakan ketua kelas VIII B yang berwajah tampan, pintar, dan memiliki senyum manis serta lesung pipi. Nia memberitahu sahabatnya tentang kesan pertamanya terhadap cowok itu.
“Tas, cowok tadi ganteng banget, senyumnya itu loh..” ujar Nia dengan kagum.
“Yang mana?” tanya Tasya.
“Yang tadi berdiri paling depan, yang ada lesung pipi.”
“Ooo, si Al. Kamu ini, ingat Indra masi pacar kamu.”
“Namanya Al toh. Apa sih, kan cuma mengagumi.” ucapnya dengan senyuman.
“Iya, awalnya sih cuma kagum, nanti lama-lama jadi...”
“Uda bel nih yuk masuk ke kelas.” ajak Nia.
“Ehh, aku belom selesai ngomong.” ujar tasya dengan nada kesal.
###
Pada saat hubungannya dengan Indra mulai membaik, Nia semakin akrab dengan Al karena sering SMSan. Nia mendapatkan nomor telepon Al dari temannya. Nia mulai jatuh cinta kepada cowok yang dikaguminya itu. Menjelang satu bulan hubungannya dengan Indra, Nia meminta putus kepada Indra dengan alasan pacarnya sudah jarang memberi kabar dan perhatian kepadanya. Indra juga telah mengetahui bahwa Nia menykai serta dekat dengan pria lain. Sehingga dia pun menyetujui untuk mengakhiri hubungan mereka. Padahal Indra sudah berusaha untuk menjadi seorang pacar yang baik untuknya namun apa daya Nia sudah tidak mencintai dirinya lagi. Setelah putus mereka tidak pernah berkomunikasi lagi bahkan tegur sapa pun tidak pernah.
Sesudah hubungannya dengan Indra berakhir Nia menjalani hari-hari seperti biasa namun sekarang tidak ada yang memberi perhatian khusus kepadanya lagi. Kedekatannya dengan Al semakin intens, tetapi status hubungannya dengan Al masih belum jelas apakah hanya sebatas teman atau lebih. Nia terus memikirkan dirinya setiap saat, muncul berbagai pertanyaan di benaknya. “Apa benar aku suka padanya? Atau aku hanya mengaguminya saja? Mungkinkah ini rasa jatuh cinta yang sebenarnya?”. Akhirnya Nia mengutarakan perasaanya kepada Al tanpa berpikir akan terjadi kemungkinan terburuk, yaitu ia akan kecewa. Nia mengirimi Al sebuah SMS. “Al, aku sayang kamu.” Beberapa menit kemudian Al membalas SMSnya. “Aku juga sayang sama kamu, Tania.
###
Tulis Pendapat Anda 0 comments
EmoticonEmoticon