Tulisan Pandu Arief Prasetya
Perpustakaan pada saat ini tampak jauh kalah menarik dibanding dengan media televisi atau internet. Media televisi yang menawarkan permainan dan berbagai tontonan yang sangat digemari anak-anak. Beberapa guru saya berpendapat bahwa faktor lemahnya kegemaran membaca karena minat baca siswa yang memang rendah. Kelemahan ini erat kaitannya dengan lingkungan sekitarnya baik itu faktor SDM orang tuanya bahkan masyarakatnya.
Nah, kalau dipikir-pikir memang ada benarnya juga pendapat guru saya tadi, namun demikian terbersit di otak saya apa mungkin faktor itu adalah yang menjadikan sepinya perpustakaan dan hilangnya kegemaran membaca?
Umumnya, citra perpustakaan sekolah di mata para siswa adalah suatu ruangan kaku sepi, membosankan, dan dengan buku-buku yang ketinggalan zaman pula. Suasana yang serba tidak menyenangkan ini tentu tidak akan menarik di kalangan siswa yang terbiasa dengan suasana ceria dan penuh warna dari televisi, dan mungkin dari internet.
Jadi, memang tugas pengelola perpustakaan maupun guru untuk menjadikan perpustakaan dekat dengan siswa, sebagaimana siswa dekat dan akrab dengan kantin sekolah. Minat membaca siswa tidak bisa diremehkan begitu saja. Persepsi siswa malas membaca, perlu dihilangkan dari benak pendidik. Bila kita menganggap siswa tidak memiliki minat baca siswa akan menjadi seperti yang kita definisikan tersebut. Sebaliknya, jika kita mendefinisikan siswa sebagai pembaca yang tangguh, akan seperti itulah kenyataannya.
Apakah masih ada solusi untuk meningkatkan kegemaran membaca?. Apakah yang terpikirkan oleh kita tentang membaca hanya buku, buku, dan buku? Tidak!
Tapi walaupun buku masih digunakan sebagai literatur bahan bacaan untuk memperoleh berbagai informasi. Di zaman sekarang yang cukup modern ini, masyarakat sudah dimudahkan oleh kecanggihan teknologi. Masyarakat cukup memperoleh ilmu dengan mudah dan cepat menggunakan perangkat elektronik dan jaringan internet yang ada.
Menurut saya kalau sudah suka dan terbiasa, membaca bisa dilakukan di mana pun dan kapan pun. Namun untuk pemula, dibutuhkan space yang mumpuni, seperti tersedianya kursi yang nyaman, pencahayaan cukup, dan buku yang variatif. Di dalam kelas misalnya, coba isi dengan banyak buku-buku menarik. Jika dikelilingi buku, perlahan siswa akan tertarik untuk menyentuh bukunya, kemudian membuka, melihat gambar, dan mulai membaca halaman demi halaman.
Sekolah harus punya fasilitas perpustakaan yang membuat siswa nyaman dan betah berlama-lama. Pemilihan lokasi perpustakaan pun sebaiknya jauh dari hiruk pikuk. Koleksi buku harus diperbaharui terus setiap minggu/bulan, disesuaikan dengan anggaran dari pihak sekolah. Penyediaan buku-buku baru yang berkenaan langsung dengan kehidupan sehari-hari siswa akan menarik minat. Hal ini pun akan membuat siswa jadi ketagihan untuk membaca. Selain itu, menciptakan taman baca juga bisa jadi solusi.
pixabay , literasikalbar |
Sepinya Perpustakaan dan Lemahnya Kegemaran Membaca
Perpustakaan pada saat ini tampak jauh kalah menarik dibanding dengan media televisi atau internet. Media televisi yang menawarkan permainan dan berbagai tontonan yang sangat digemari anak-anak. Beberapa guru saya berpendapat bahwa faktor lemahnya kegemaran membaca karena minat baca siswa yang memang rendah. Kelemahan ini erat kaitannya dengan lingkungan sekitarnya baik itu faktor SDM orang tuanya bahkan masyarakatnya.
Nah, kalau dipikir-pikir memang ada benarnya juga pendapat guru saya tadi, namun demikian terbersit di otak saya apa mungkin faktor itu adalah yang menjadikan sepinya perpustakaan dan hilangnya kegemaran membaca?
Baca Juga: Tradisi Lisan Dayak yang Tergusur dan Terlupakan
Umumnya, citra perpustakaan sekolah di mata para siswa adalah suatu ruangan kaku sepi, membosankan, dan dengan buku-buku yang ketinggalan zaman pula. Suasana yang serba tidak menyenangkan ini tentu tidak akan menarik di kalangan siswa yang terbiasa dengan suasana ceria dan penuh warna dari televisi, dan mungkin dari internet.
Jadi, memang tugas pengelola perpustakaan maupun guru untuk menjadikan perpustakaan dekat dengan siswa, sebagaimana siswa dekat dan akrab dengan kantin sekolah. Minat membaca siswa tidak bisa diremehkan begitu saja. Persepsi siswa malas membaca, perlu dihilangkan dari benak pendidik. Bila kita menganggap siswa tidak memiliki minat baca siswa akan menjadi seperti yang kita definisikan tersebut. Sebaliknya, jika kita mendefinisikan siswa sebagai pembaca yang tangguh, akan seperti itulah kenyataannya.
Apakah masih ada solusi untuk meningkatkan kegemaran membaca?. Apakah yang terpikirkan oleh kita tentang membaca hanya buku, buku, dan buku? Tidak!
Baca Juga : Rendahnya Tingkat Literasi, Siapa yang Bertanggung Jawab?
Tapi walaupun buku masih digunakan sebagai literatur bahan bacaan untuk memperoleh berbagai informasi. Di zaman sekarang yang cukup modern ini, masyarakat sudah dimudahkan oleh kecanggihan teknologi. Masyarakat cukup memperoleh ilmu dengan mudah dan cepat menggunakan perangkat elektronik dan jaringan internet yang ada.
Menurut saya kalau sudah suka dan terbiasa, membaca bisa dilakukan di mana pun dan kapan pun. Namun untuk pemula, dibutuhkan space yang mumpuni, seperti tersedianya kursi yang nyaman, pencahayaan cukup, dan buku yang variatif. Di dalam kelas misalnya, coba isi dengan banyak buku-buku menarik. Jika dikelilingi buku, perlahan siswa akan tertarik untuk menyentuh bukunya, kemudian membuka, melihat gambar, dan mulai membaca halaman demi halaman.
Sekolah harus punya fasilitas perpustakaan yang membuat siswa nyaman dan betah berlama-lama. Pemilihan lokasi perpustakaan pun sebaiknya jauh dari hiruk pikuk. Koleksi buku harus diperbaharui terus setiap minggu/bulan, disesuaikan dengan anggaran dari pihak sekolah. Penyediaan buku-buku baru yang berkenaan langsung dengan kehidupan sehari-hari siswa akan menarik minat. Hal ini pun akan membuat siswa jadi ketagihan untuk membaca. Selain itu, menciptakan taman baca juga bisa jadi solusi.
Baca Juga : Memetik Ragam Nilai Moral dalam Kehidupan
Tulis Pendapat Anda 0 comments
EmoticonEmoticon