karya Rudi Santoso
Air mata tenggelam bersama air-air yang bringas
Ketakutan membuat sesak dada
Doa-doa terus dipanjatkan
Sebagai perantara yang paling ampuh untuk keselamatan
Bingung mencari tempat yang paling teduh
Lepas dari marah air
Yang bermata merah
Bertubuh kekar
Yang siap membunuh siapa saja yang berani melawannya
Ia datang tanpa suatu kabar
Kecuali memberi isyarat kepada hati
Yang tidak bisa ditafsirkan
dan mereka yang telah mengatahuinya
Akan bersiap menyelamatkan diri
Namun takdir Tuhan selalu menjadi misteri
Air berwajah merah, menakutkan
Membunuh mereka yang melawannya
Melawan akan musnah
Pasrah bersama tanah
Sumenep 2019
Rudi Santoso, lahir di Sumenep Madura. Mahasiswa Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (FISHUM) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Beberapa Puisinya Telah Tersiar di Berbagai Media Cetak Lokal dan Nasional. Buku Puisi Pertamanya “Kecamuk Kota” Yang Diterbitkan Oleh Halaman Indonesia. Kontak: rudisantoso042@gmail.com
Baca Juga Puisi:
Pixabay.com |
Air yang Bermata Merah
Air mata tenggelam bersama air-air yang bringas
Ketakutan membuat sesak dada
Doa-doa terus dipanjatkan
Sebagai perantara yang paling ampuh untuk keselamatan
Bingung mencari tempat yang paling teduh
Lepas dari marah air
Yang bermata merah
Bertubuh kekar
Yang siap membunuh siapa saja yang berani melawannya
Ia datang tanpa suatu kabar
Kecuali memberi isyarat kepada hati
Yang tidak bisa ditafsirkan
dan mereka yang telah mengatahuinya
Akan bersiap menyelamatkan diri
Namun takdir Tuhan selalu menjadi misteri
Air berwajah merah, menakutkan
Membunuh mereka yang melawannya
Melawan akan musnah
Pasrah bersama tanah
Sumenep 2019
Rudi Santoso, lahir di Sumenep Madura. Mahasiswa Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (FISHUM) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Beberapa Puisinya Telah Tersiar di Berbagai Media Cetak Lokal dan Nasional. Buku Puisi Pertamanya “Kecamuk Kota” Yang Diterbitkan Oleh Halaman Indonesia. Kontak: rudisantoso042@gmail.com
Baca Juga Puisi:
Tulis Pendapat Anda 0 comments
EmoticonEmoticon