Tulisan Titania Auril
Itu artinya dari seribu orang, hanya ada satu yang memiliki minat baca. Kita tarik kata "minat baca". Belum tentu suka membaca. Dan belum tentu juga suka membaca tulisan-tulisan berkualitas apalagi karya-karya akademik-ilmiah.
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) juga pernah melakukan survei dan hasilnya menunjukkan bahwa kemampuan membaca, berhitung, dan pengetahuan sains anak-anak Indonesia masih di bawah negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Vietnam dan Thailand, serta sejajar dengan negara-negara miskin di Afrika.
Data ini berdasarkan hasil tes The Programme International Student Assessment (PISA). Peringkat minat baca Indonesia dalam data world’s Most Literate Nations berada di urutan 60 dari 61 negara. Bisa terbayang bukan betapa mirisnya minat baca di negara kita. Salah satu faktor terpenting untuk menambah mutu pendidikan dan memperluas pengetahuan adalah dengan “Membaca”.
Baca Juga:
Persoalan ini merupakan permasalahan serius yang harus ditangani pemerintah agar masyarakat Indonesia memiliki pengetahuan yang luas. Untuk menangani permasalahan ini dalam masa kejayaan Jokowi ini, membuat program Gerakan Literasi.
Saya sangat setuju dengan program pemerintah untuk meningkatkan literasi, seperti Gerakan Indonesia membaca (GIM), Gerakan Literasi Bangsa (GLB), serta Gerakan Literasi Sekolah (GLS), yang pada saat ini menjadi program wajib yang harus dilaksanakan seluruh sekolah sebelum memulai proses belajar mengajar. Gerakan literasi ini dibawah perlindungan hukum Permendikbud No. 23 tahun 2015 tentang penanaman budi pekerti.
Mengapa saya katakan setuju? tentu saya mempunyai alasan tersendiri menyetujui program literasi. Alasan saya setuju dengan program literasi, yaitu saya ambil contoh Gerakan Literasi Sekolah (GLS), gerakan ini mewajibkan para siswa untuk membaca dalam waktu 15 menit sebelum memulai pelajaran. Saat siswa menerapkan literasi (membaca) karena keterpaksaan harus membaca tetapi kembali ke konteks ia akan membaca.
Baca Juga:
Hal ini dilakukan agar setiap siswa dibekali pemikiran dan rasa memiliki kemampuan ilmu pengetahuan dan komunikasi yang baik, sehingga tidak akan ketinggalan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak hanya itu, jika manusia dihadapi dalam suatu kondisi untuk berbagi pengetahuan, maka ia akan siap karena sudah memiliki banyak pengetahuan dari membaca.
Tapi perlu dingat, kegiatan literasi ini jangan kita fokuskan pada membaca buku pelajaran saja, tentu hal ini akan memberikan efek jenuh pada siswa. Kita bisa selingi dengan memberikan mereka kesempatan untuk membaca buku yang mereka suka sebagai pemancing awal menumbuhkan minat baca dalam diri mereka.
Baca Juga:
Ketika minat baca sudah mulai tertanam, fungsikanlah mading sebagai salah satu media baca untuk para siswa. Mading yang ada disekolah bisa dimanfaatkan secara optimal sebagai media informasi jika dibuat dengan semenarik mungkin agar keindahannya menarik siswa untuk membaca, dan tentunya informasi yang ditempel akan sampai pada siswa.
Banyaknya bacaan yang ia baca tentu akan menambah kata-kata yang bernilai positif dan bermakna. Saat pemikiran telah terisi dengan kalimat-kalimat yang sifatnya membangun energi positif, hal itu akan berdampak baik untuk dirinya sendiri dan orang lain.
Mulailah kita bangkitkan minat baca dalam diri pelajar, karena merekalah generasi penerus bangsa yang akan membawa negara ini mencapai puncak kejayaan.
"Saat pemikiran telah terisi dengan kalimat-kalimat yang sifatnya membangun energi positif, hal itu akan berdampak baik untuk diri sendiri dan orang lain."Zaman boleh berubah, teknologi boleh modern,kendaraan boleh mewah, , tetapi minat akan membaca harus tertanam lebih besar di hati dari sebelumnya. UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) memberikan data yang menunjukkan bahwa indeks minat baca di Indonesia hanya 0,001.
Itu artinya dari seribu orang, hanya ada satu yang memiliki minat baca. Kita tarik kata "minat baca". Belum tentu suka membaca. Dan belum tentu juga suka membaca tulisan-tulisan berkualitas apalagi karya-karya akademik-ilmiah.
pixabay.com |
Data ini berdasarkan hasil tes The Programme International Student Assessment (PISA). Peringkat minat baca Indonesia dalam data world’s Most Literate Nations berada di urutan 60 dari 61 negara. Bisa terbayang bukan betapa mirisnya minat baca di negara kita. Salah satu faktor terpenting untuk menambah mutu pendidikan dan memperluas pengetahuan adalah dengan “Membaca”.
Baca Juga:
Apa Kabar Literasi di Kalimantan Barat?
Persoalan ini merupakan permasalahan serius yang harus ditangani pemerintah agar masyarakat Indonesia memiliki pengetahuan yang luas. Untuk menangani permasalahan ini dalam masa kejayaan Jokowi ini, membuat program Gerakan Literasi.
Saya sangat setuju dengan program pemerintah untuk meningkatkan literasi, seperti Gerakan Indonesia membaca (GIM), Gerakan Literasi Bangsa (GLB), serta Gerakan Literasi Sekolah (GLS), yang pada saat ini menjadi program wajib yang harus dilaksanakan seluruh sekolah sebelum memulai proses belajar mengajar. Gerakan literasi ini dibawah perlindungan hukum Permendikbud No. 23 tahun 2015 tentang penanaman budi pekerti.
Mengapa saya katakan setuju? tentu saya mempunyai alasan tersendiri menyetujui program literasi. Alasan saya setuju dengan program literasi, yaitu saya ambil contoh Gerakan Literasi Sekolah (GLS), gerakan ini mewajibkan para siswa untuk membaca dalam waktu 15 menit sebelum memulai pelajaran. Saat siswa menerapkan literasi (membaca) karena keterpaksaan harus membaca tetapi kembali ke konteks ia akan membaca.
Baca Juga:
Pengertian Konsep Literasi di Indonesia
Hal ini dilakukan agar setiap siswa dibekali pemikiran dan rasa memiliki kemampuan ilmu pengetahuan dan komunikasi yang baik, sehingga tidak akan ketinggalan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak hanya itu, jika manusia dihadapi dalam suatu kondisi untuk berbagi pengetahuan, maka ia akan siap karena sudah memiliki banyak pengetahuan dari membaca.
Tapi perlu dingat, kegiatan literasi ini jangan kita fokuskan pada membaca buku pelajaran saja, tentu hal ini akan memberikan efek jenuh pada siswa. Kita bisa selingi dengan memberikan mereka kesempatan untuk membaca buku yang mereka suka sebagai pemancing awal menumbuhkan minat baca dalam diri mereka.
Baca Juga:
Wajah Sastra Kalimantan Barat
Ketika minat baca sudah mulai tertanam, fungsikanlah mading sebagai salah satu media baca untuk para siswa. Mading yang ada disekolah bisa dimanfaatkan secara optimal sebagai media informasi jika dibuat dengan semenarik mungkin agar keindahannya menarik siswa untuk membaca, dan tentunya informasi yang ditempel akan sampai pada siswa.
Banyaknya bacaan yang ia baca tentu akan menambah kata-kata yang bernilai positif dan bermakna. Saat pemikiran telah terisi dengan kalimat-kalimat yang sifatnya membangun energi positif, hal itu akan berdampak baik untuk dirinya sendiri dan orang lain.
Mulailah kita bangkitkan minat baca dalam diri pelajar, karena merekalah generasi penerus bangsa yang akan membawa negara ini mencapai puncak kejayaan.
Tulis Pendapat Anda 0 comments
EmoticonEmoticon